Jakarta - Indonesia telah siap menjadi negara digital di Asia Tenggara. Asosiasi operator seluler, GSMA, mengalokasikan pita frekuensi 700 MHz untuk mobile broadband di Indonesia agar memberikan manfaat ekonomi digital di Indonesia.
"Saat ini, Indonesia tinggal selangkah lagi untuk menjadi raksasa ekonomi digital di Asia Tenggara," ujar Kepala Asia Pasifik GSMA Julian Gorman dalam keterangan tertulis, Jum'at, 28 September 2018. "Dengan langkah-langkah kebijakan yang tepat untuk investasi pengembangan dan digitalisasi seluler, Indonesia berpotensi melampaui pasar lain dalam hal pertumbuhan ekonomi."
Laporan GSMA menegaskan bahwa pengalokasian pita frekuensi 700 MHz diperkirakan akan memberi manfaat ekonomi sebesar US$ 11 miliar atau setara dengan Rp 161 triliun untuk perekonomian Indonesia selama periode 2020–2030. Atau setara dengan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1 persen.
Sektor seluler di Indonesia telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Adopsi smartphone (ponsel pintar) meningkat di daerah perkotaan dan pedesaan seiring dengan pertumbuhan kelas menengah dan populasi muda yang paham teknologi.
"Untuk 10 tahun ke depan, perubahan teknologi seluler ini akan memberikan manfaat sosio-ekonomi yang akan berdampak langsung pada kesejahteraan jutaan orang," lanjut Gorman.
Namun, keterbatasan akses internet tetap menjadi tantangan utama dalam upaya meningkatkan partisipasi digital masyarakat, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini bisa berubah dengan dirilisnya pita spektrum 700 MHz untuk penggunaan layanan seluler. Sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan pelanggan internet mobile dari 102 juta pada tahun 2017 (39 persen penetrasi) menjadi 185 juta (65 persen penetrasi) pada 2025.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara optimis bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk memimpin perekonomian. "Penting bagi Indonesia untuk menjadi yang terdepan dalam hal kebijakan dan alokasi spektrum. Hal ini dilakukan untuk
memastikan pertumbuhan ekonomi digital dan mewujudkan inklusi keuangan, kontribusi ekonomi, kewarganegaraan digital dan kesetaraan sosial," kata Rudiantara
Dengan spektrum dan kebijakan investasi yang tepat seperti India, Malaysia, Myanmar, dan Filipina, Indonesia memiliki potensi untuk mempercepat migrasi ke pita lebar seluler berkecepatan tinggi. Pada 2025, koneksi yang terjadi dari penggunaan 4G diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 360 juta koneksi, hampir tiga perempat dari total koneksi secara keseluruhan.
"Pita rekuensi 700 MHz menciptakan peluang bagi semua orang Indonesia untuk menikmati konektivitas berkecepatan tinggi di daerah paling terpencil. Ini membantu percepatan partisipasi masyarakat dalam upaya mencapai kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi bangsa kita," ungkap Rudiantara.
Sumber berita : www.tempo.co (30/09/2018)
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak pemerintahan Perancis membahas kerja sama antara dal Selengkapnya
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menambahkan beberapa fitur terbaru di aplikasi Sistem Informasi Monitoring Alumni Sertif Selengkapnya
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyampaikan keyakinan bahwa Indonesia akan dapat melalui masa Selengkapnya
Jakarta (ANTARA) - Meski tengah menjalani suasana berbeda akibat Pandemi COVID-19, peringatan HUT ke-75 RI tetap akan meriah melalui apa itu Selengkapnya