FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    18 10-2016

    2575

    Sekilas Kisah Dari Desa Penuktukan

    Kategori Kerja Nyata | mth

    Nelayan pesisir Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, memanfaatkan jaringan internet untuk berkomunikasi seputar aktivitas mereka sebagai pencari ikan dan penjaga kelestarian laut. Ada beberapa kendala, tapi mereka terus berupaya mengatasinya.

    Suatu pagi di akhir Mei 2015, Ketut Widastra (43) meluncur dengan jukungnya ke tengah laut. Selain perlengkapan menangkap ikan, hari itu nelayan Desa Penuktukan (Bali utara) tersebut berbekal harapan yang lebih besar dibanding hari-hari sebelumnya: mendapat hasil tangkapan berlipat ganda. Sebelumnya, sepanjang pekan, hasil tangkapan Ketut hanya beberapa ekor ikan tuna saja. Bahkan sempat beberapa kali ia pulang tanpa hasil sama sekali.

    Padahal untuk menangkap ikan di ceruk di mana ia sehari-hari beroperasi, Ketut harus berangkat pada pukul dua dini hari dan menempuh pelayaran selama enam jam. Hari itu, berbekal benda putih persegi yang ia tempatkan dalam kantong kulit dan ia kalungkan di leher, Ketut berharap situasi menjadi lebih baik dari sebelumnya.

    Lebih dari setengah jam setibanya di perairan tujuan yakni sebuah kawasan keramba alam dekat Pulau Kangean, Ketut telah menebar semua jala dan kailnya. Sejauh itu belum ada tanda-tanda ia akan menangguk banyak hasil. Sebagai nelayan yang telah puluhan tahun menjalani profesi ini Ketut sangat terlatih menghadapi situasi demikian. Jadi ia masih bersabar. Namun ketika setengah jam berikutnya berlalu dengan keadaan yang sama, Ketut pun mulai gundah. Dengan malas ia membalikkan arah jukungnya dan bersiap pulang.

    Pada saat itulah benda putih persegi di dadanya berdering. Segera Ketut mengeluarkan benda tersebut dan membaca tulisan yang tertera di layarnya. Rupanya pesan dari teman nelayan sekampung yang hari itu tengah menangkap ikan di sisi lain ceruk tersebut. Melalui pesan itu si teman mengabarkan bahwa di titik di mana ia berada saat itu, ratusan ikan tengah bergerombol. “Liyu ada be dini,” tulis pesan itu dalam bahasa Bali yang artinya “ada banyak ikan di sini”. Mendapat informasi demikian, Ketut pun segera mengarahkan jukungnya ke titik dimaksud.

    Di situ beberapa menit kemudian ia telah menangguk bayak ikan untuk ia bawa pulang. Begitulah, berkat informasi dari sesama nelayan yang juga melaut berbekal benda putih serupa, hari itu Ketut dan beberapa nelayan lain sedesa yang melaut pada saat bersamaan, kembali ke pantai dengan hasil tangkapan lumayan. “Kami rata-rata membawa satu pikul ikan. Berat seluruhnya sekitar satu kuintal,” ujar Ketut sembari menunjukkan benda putih yang membuatnya bisa berkomunikasi dengan nelayan lain di tengah laut.

    Benda putih itu tak lain adalah gadget yang diberikan oleh sebuah perusahaan operator selular kepada Ketut dan kawan-kawannya sebagai anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Maswas) “Taman Segara” yang bergiat menjaga kelestarian lingkungan pesisir kampungnya: Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali.

    Ceritanya, berkat inisiatif Yayasan Alam Indonesia Lestari (Lini), lembaga nirlaba yang bergiat di bidang pelestarian kawasan pantai dan pesisir, pada 13 Mei 2015 sebuah perusahaan operator selular menyerahkan sejumlah gadget yang dilengkapi aplikasi mFish berikut paket data internet dan power bank kepada Maswas “Taman Segara”. Aplikasi dan paket data interet itu memungkinkan para anggota Maswas berkomunikasi antar mereka –juga dengan “kalangan luar” – berkait aktivitas mereka seharihari sebagai nelayan dan penjaga laut.

    Sebagai proyek percontohan, pada tahap pertama perusahan selular tersebut menyerahkan 25 gadget saja. Padahal personil Maswas berjumlah 34. Karena seluruh gadget yang diberikan tak cukup dibagi rata, pembagian pun diprioritaskan kepada anggota yang sudah familiar terhadap pengoperasian perangkat elektronik.

    Beberapa hari setelah itu, kehadiran gadget dengan aplikasi m-Fish di dalamnya langsung dirasakan manfaatnya oleh para nelayan. Melalui piranti tersebut mereka dapat mengakses internet sehingga dapat berkomunikasi dengan biaya terjangkau. Pertukaran informasi yang terjadi antara lain mengenai titik daerah tangkapan yang sedang berlimpah ikan, kondisi cuaca, dan sesekali info harga.

    Dalam kondisi darurat, seperti kerusakan mesin perahu saat melaut, mereka juga dapat saling meminta dan memberi bantuan dengan segera. “Pokoknya, melalui komunikasi tersebut kami bisa melaut dengan tepat sasaran. Jadi tak banyak waktu terbuang sia-sia,” terang Nyoman Indrawan (32) anggota Maswas yang lain.

    Menurut Nyoman, sejak menerapkan program mFish hasil tangkapan rata-rata para nelayan di desanya melonjak secara sigifkan. Jika sebelumnya rata-rata tangkapan sekali melaut hanya sekitar 15 ekor atau sekitar 3 kg, kini rata-rata hasil tangkapan mereka sekali malaut mencapai 78 kg. Karena dalam sebulan mereka melaut maksimal sebanyak 14 kali, maka hasil tangkapan mereka dalam sebulan rata-rata 1,1 ton. Dengan rata-rata harga ikan tuna Rp14 ribu per kilogram, maka penghasilan kotor mereka dari hasil menangkap ikan setiap bulan sebesar Rp11,7 juta. Dikurangi biaya-biaya seperti untuk bahan bakar, es, dan perbekalan lainnya, rata-rata penghasilan bersih para nelayan itu per bulannya sebesar Rp5,5 juta. Bagi sebagian nelayan, jumlah itu dirasa cukup.

    Bagi sebagian lainnya, masih dirasa kurang. Untuk yang masih merasa kurang, di hari-hari mereka tak melaut karena kondisi cuaca, mereka bekerja apa saja untuk mencari tambahan pemasukan. Semisal sebagai buruh bangunan atau buruh tani. Ada juga yang bersama istri mereka membuat usaha kecil-kecilan di rumah.

    “Saya memelihara sapi dan babi untuk mendapat tambahan,” ujar Ketut. Menurut nelayan yang sudah melaut selama separuh usianya itu hasil dari usaha tambahan tersebut tak sebanyak hasilnya dari melaut namun cukup menambah pemasukan untuk biaya kebutuhan keluarga dan sekolah kedua anaknya.

    Serupa Ketut, Nyoman yang juga memiliki dua orang anak, memilih beternak ayam untuk memperoleh tambahan pendapatan. Selain itu di saat cuaca baik, Nyoman mencari tambahan penghasilan dengan bekerja sebagai porter dan pendamping bagi penyelam yang menikmati keindahan bawah laut di Pantai Penuktukan. “Tapi itu ndak setiap hari. Soalnya lokasi penyelaman ini belum terkenal. Ndak banyak penyelam yang tahu lokasi ini,” terangnya.

     

    Pelestari Pantai
    Tentang awal mula mereka mengenal akses internet sebagai sarana komunikasi, Ketut dan Nyoman menuturkan bahwa hal itu dimulai sejak keterlibatan mereka sebagai anggota Maswas Taman Segara, Penuktukan. Di situ ia melihat salah seorang anggota menggunakan internet dengan piranti gadget setelah mendapat masukan dari para aktivis Yayasan Lini yang mendampingi aktivitas organisasi mereka sebagai penjaga kelestarian pantai.

    Maswas Taman Segara sendiri berdiri pada 29 Mei 2008 atas prakarsa Made Astaya, warga Penuktukan yang juga berprofesi sebagai nelayan. Saat itu Astaya yang memiliki wawasan luas karena keluwesannya bergaul dengan banyak kalangan merasa terusik dengan aktivitas para penangkap ikan hias asal desa sebelah, Desa Les, di kawasan pesisir Penuktukan.

    Menurut info yang ia dapat dari para penyelam mancanegara yang pernah menyelam di kawasan yang belakanga ia tahu terkenal dengan nama Angel Canyon itu, pemandangan bawah laut pesisir Penuktukan sangatlah indah. Terumbu karang yang bertabur puluhan jenis ikan hias, termasuk Ikan Badut yang terkenal dengan julukan “Ikan Nemo”, itu sangat memesona. Yang menarik, pada titik-titik tertentu pesona itu mulai dapat dilihat hanya sejak kedalaman tiga meter. Semakin ke dalam, ragam ikan dan terumbu karang semakin beraneka.

    Mendapat masukan dari berbagai pihak, Astaya pun mengorganisir nelayan di desanya untuk membentuk organisasi yang mereka namai Masyarakat Pengawas Taman Segara itu tadi. Belakangan, didampingi oleh para pegiat lingkungan yang tergabung dalam Yayasan Lini, Maswas Taman Segara mengelola kawasan pesisir pantai desa mereka. Mereka mulai melakukan upaya rehabilitasi dan konservasi terumbu karang.

    Mereka juga melindungi kawasan tersebut dengan menetapkan zona larangan mengambil ikan dan karang. Agar berjalan efektif, mereka mendatangi Desa Les dan membuat kesepakatan tertulis bahwa kawasan pesisir Penuktukan terlarang bagi segala bentuk usaha penangkapan ikan hias dan
    eskploitasi karang laut.

    Begitu pada 8 Oktober 2012 Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng menetapkan kawasan tersebut sebagai situs wisata penyelaman, Maswas Taman Segara pun semakin aktif. Mereka mulai gencar mencari informasi tentang bagaimana kawasan menyelam sebaiknya dikelola. Di sisi lain mereka semakin giat mengenalkan situs penyelaman di pantai desa mereka kepada siapa saja yang mungkin mereka beri informasi.

    Dalam upaya itulah mereka berkenalan dengan internet. Mereka mulai membuat akun Facebook dan mengunggah berbagai foto dan info tentang potensi kawasan itu. Pengelola akun adalah ketua Maswas yang saat ini dijabat oleh Made Suardana. Oleh Suardana, semua foto dan info yang menarik dari teman-temannya segera ia unggah. Begitu pun jika ada info yang menarik yang ia temui di dinding akun jejaring sosial tersebut, segera ia tunjukkan kepada teman-temannya.

    Aktifnya arus informasi itu membuat para aktivis Yayasan Lini tergerak untuk menginisasi sebuah program yang memungkinkan para nelayan dan penjaga laut itu mendapat akses yang lebih baik dan terhubung satu dengan lainnya melalui aplikasi tertentu. Maka terhubunglah mereka dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng dan TONE (organisasi komunikasi yang berbasis di Amerika) yang kemudian menginisasi penerapan program mFish (Monitoring Fish) yang didukung oleh sebuah perusahaan operator seluler yakni XL Axiata.

    Seperti telah disampaikan di muka, mFish merupakan program aplikasi untuk berbagi data atau informasi tentang perikanan berkelanjutan dan konservasi kelautan melalui penggunaan teknologi telepon seluler berbasis android. Aplikasi yang dikembangkan oleh TONE ini telah diluncurkan di beberapa desa seperti Ampenan dan Labuhan di Lombok (NTB), dan Les (Bali).

    Tujuan ideal mFish adalah menjadi media bagi nelayan, pengelola perikanan dan kelautan, serta industri perikanan untuk saling bertukar informasi mengenai tangkapan ikan, daerah wisata bahari, pengawasan kawasan konservasi perairan, monitoring terumbu karang dan ikan hias, pasar produk perikanan yang menghubungkan nelayan dan pasar, serta informasi dari Pemerintah terkait aturan atau kebijakan sektor perikanan dan kelautan.

    Begitulah, melalui berbagai cara para nelayan Penuktukan mengenal dan terhubung dengan jaringan internet dan sangat merasakan manfaatnya. Karenanya, ketika di bulan ke sembilan satu persatu gadget sumbangan itu rusak dan tak dapat difungsikan, entah akibat benturan atau tempiyasan air garam, para anggota Maswas Taman Segara tetap mempertahankan sistem informasi itu secara mandiri. Tentunya dengan pola yang lebih sederhana. “Yang berkait internet tinggal facebook saja. Selebihnya kami menggunakan jaringan selular biasa,” ujar Suardana.

    Namun, menurut para nelayan itu, yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa berkomunikasi dengan baik saat bekerja di tengah laut sehingga mereka dapat berbagai informasi suka maupun duka untuk dinikmati atau diatasi bersama. “Dengan cara itu kami bisa merekatkan ikatan persaudaraan kami di darat maupun di laut,” tandas Ketut sembari menyampaikan bahwa sebagai nelayan mereka tak terlalu mengharapkan bantuan-bantuan cuma-cuma, melainkan mengharapkan adanya kemudahan untuk kredit alat produksi seperti mesin berkapasitas 18 PK dan peralatan lainnya.*

    Berita Terkait

    Bangun Indonesia Dari Desa

    Hamajen Saleh (41) tampak serius mengawasi tukang batu yang sedang giat mengayunkan sekopnya. Kepala Desa Hidayat, Kec Bacan, Kab Halmahera Selengkapnya

    Seribu Hari Penentu Masa Depan

    Kisah nyata ini dialami oleh seorang ibu di Desa Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada bulan Maret 2016 lalu. Wanita yang kesehar Selengkapnya

    Pemerintah Harus Bekerja Cepat dan Fokus

    Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar aparatur pemerintah meningkatkan efektivitas implementasi program-program prioritas nasional yang Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA