FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    18 10-2016

    4368

    Mendekatkan Jarak Sabang-Merauke

    Kategori Kerja Nyata | mth

    Suara peluit kapal menjerit. Perlahan tapi pasti kapal mesin (KM) Mutiara Samudera III beringsut meninggalkan dermaga Tanjung Perak Surabaya menuju pelabuhan Panjang Lampung. Senyum Bambang Hasbullah, Deputi Pelindo III Cabang Tanjung Perak mengembang, mengiringi laju kapal roll offroll on (Ro-Ro) pertama yang melayani pelayaran logistik terjadwal dan tetap dari Surabaya ke Lampung sebagai bagian dari Program Tol Laut.
    Bambang patut berbangga, sebab selama ini
    belum ada satu pun kapal Ro-Ro yang melayani
    pelayaran logistik di jalur yang terbilang strategis
    itu. Angkutan logistik dari Surabaya ke Lampung
    dan sebaliknya biasanya dilakukan dengan truk
    yang memakan waktu tempuh 90-100 jam.
    “Padahal kalau menggunakan kapal, 39 jam sudah
    sampai, dan biayanya jauh lebih murah,” ujarnya.
    Rencana pelayaran Surabaya-Lampung
    memang sudah lama terdengar. Namun entah
    mengapa, baru pada era pemerintahan Presiden
    Joko Widodo, kapal logistik yang melayari rute
    tersebut benar-benar bisa berlayar. “Kami sangat
    bangga dengan antusiasme para operator yang
    turut mendukung program tol laut melalui
    SSS
    (short sea shippingpen). Semoga tekad
    kami untuk mengurangi biaya logistik nasional
    mendapat dukungan dari semua pihak demi
    indonesia tercinta,” tuturnya.


    Letak Strategis Harus
    Dimanfaatkan
    Indonesia merupakan jalur lalu lintas
    laut internasional yang sangat strategis.
    Arus perdagangan yang menggunakan moda
    transportasi laut Australia ke Asia dan Eropa
    dipastikan melewati wilayah Indonesia. Dari
    letak geografs yang menguntungkan tersebut,
    Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan
    Indonesia (ALKI) yang menjadi lalu lintas bagi arus
    pelayaran internasional yang melewati wilayah
    perairan Indonesia. Posisi yang strategis itu harus
    dapat dimanfaatkan Indonesia untuk memacu
    pertumbuhan ekonomi nasional.
    Dua tahun lalu, Presiden Joko Widodo
    membidik pertumbuhan ekonomi Indonesia
    bisa mencapai 7 persen. Presiden Joko Widodo
    meyakini, pembangunan tol laut dapat
    memperbaiki manajemen logistik nasional yang
    dapat menekan tingginya harga di beberapa
    daerah. Dengan memperbaiki jaringan logistik
    Indonesia,kesempatan untuk mengejar
    pertumbuhan ekonomi semakin besar.
    Tol laut yang dimaksud adalah membangun
    transportasi laut dengan kapal atau sistem logistik
    kelautan yang bertujan untuk menggerakan roda
    perekonomian. Melalui program ini, simpulsimpul pelabuhan akan dipenuhi oleh kapal-kapal
    besar, sehingga dampaknya bisa menurunkan
    biaya logistik. Jalur sepanjang 5.000 km akan
    dibangun melintasi Sabang sampai Merauke.
    Dimana sepanjang itu akan terdapat pelabuhan
    laut dalam (
    deep sea port) bagi kapal-kapal besar
    yang melintas.

    Transportasi yang dibangun adalah jaringan
    rute kapal laut yang bergerak secara rutin dari
    Aceh hingga Papua, dengan mengembangkan
    beberapa pelabuhan menjadi pelabuhan
    internasional modern di lima kota yaitu Medan,
    Jakarta, Surabaya, Makasar dan Sorong.
    Jalur utama tol laut melewati kota-kota
    pelabuhan utama di Indonesia. Kemudian, dari
    pelabuhan tersebut dihubungkan dengan pulaupulau lain atau kota-kota lain dengan kapal
    berukuran lebih kecil. Selain itu ada juga akan ada
    pembangunan 10 pelabuhan kontainer baru, dan
    pembangunan penghubung antara transportasi
    laut dengan darat seperti kereta api dan truk.
    Dari data rangking
    Logistics Performance Index
    (LPI),kinerjalogistikIndonesia selama empat tahun
    (2007, 2010, 2012 dan 2014) terlihat terjadinya
    penurunan yaitu dari rangking 43 di tahun 2007,
    turun drastis menjadi 75 di tahun 2010, naik sedikit
    ke ranking 59 di tahun 2012, dan pada tahun 2014
    rangking LPI Indonesia naikkembalimenjadi 53 dari
    160 negara yang disurvei. Artinya bahwa kinerja
    logistik Indonesia dalam jangka waktu 2007-2014
    mengalami perbaikan, meskipuntidaksignifkan.
    Kekuatan yang menyatukan Bangsa Indonesia
    dari Sabang sampai Merauke adalah koneksitas
    yang menghubungkan seluruh wilayah di
    Indonesia. Koneksitas ini bisa melalui darat, laut
    maupun udara. Dengan kemudahan koneksitas
    maka akses distribusi manusia dan barang akan
    mudah, sehingga tidak ada lagi harga barang
    murah di satu wilayah, sementara di wilayah lain
    mahal. Dengan kata lain biaya logistik menjadi
    murah dan pertumbuhan nasional semakin
    merata.

     

    Implementasi Tol Laut
    Dalam rangka mempercepat pelaksanaan
    tol laut, mencapai terciptanya penurunan biaya
    logistik dan pemerataan ekonomi di tahun 2019
    disusun rencana aksi tol laut 2015 – 2019.
    Pengembangan konsep tol laut;
    • Pengembangan 24 pelabuhan strategis,
    yang terdiri dari 5 pelabuhan hub serta 19
    pelabuhan
    feeder;
    • revitalisasi pelayaran rakyat;
    • pengembangan
    short sea shipping;
    • pengembangan sumber daya manusia di
    sektor transportasi laut;
    • pengembangan armada dan industri
    galangan kapal;
    • pengembangan pelabuhan
    subfeeder dan
    pengembangan dana alokasi khusus;
    • pengembangan jadwal, sistem kargo,
    intermoda, dan kepelabuhan
    • serta pengembangan
    hinterland pelabuhan
    strategis.
    Capaian utama dalam rangka mewujudkan
    jaringan sabuk utara-tengah-selatan lintas
    penyeberangan dalam periode 2014-2016
    telah dilaksanakan pembangunan dermaga
    penyeberangan 37 lokasi dimana 16 lokasi
    telah diselesaikan pada tahun 2014 dan sisanya
    dilanjutkan pada tahun 2015 dan tahun 2016.
    Pada tahun 2016, kegiatan pembangunan
    fasilitas pelabuhan meliputi pembangunan
    yang bersifat baru, lanjutan, penyelesaian,
    pengembangan dan rehabilitasi diantaranya
    berlokasi di: Parlimbungan Ketek, Batang,
    Letung, Midai, Tanjung Api-api, Linau Bintuhan,
    Pangandaran, Wotunohu, Anggrek, Bungkutoko,
    Dawi-dawi, Bajoe, Taddan, Batutua, Labuhan Bajo,
    Benteng, Pulau Buano, Soff, Waren, dan Tanjung
    Buton.
    Selain pembangunan pelabuhan, potensi industri
    kapal dan jasa perawatan kapal (galangan kapal)
    sangat besar seiring dengan kebutuhan berbagai
    jenis dan ukuran kapal dengan proyeksi mencapai
    1000 unit pertahun. Namun, kemampuan galangan
    saat ini baru mencapai 200-300 unit pertahun, jumlah
    docking kapal sekitar 250 unit yang terkonsentrasi di
    Jawa dan Batam. Armada kapal Indonesia saat ini
    didominasi oleh kapal kecil berumur diatas 25 tahun.
    Maka, diperlukan pembangunan galangan baru
    yang berteknologi canggih dan efsien di wilayah
    yang tersebar, lalu diperlukan penyusunan payung
    hukum agar dapat mengembangkan galangan kapal
    milik pemerintah serta diperlukannya insentif dan
    perhatian khusus dari pemerintah (Kemenperin)
    kepada industri galangan kapal nasional.
    Indikasi total kebutuhan pembiayaan untuk
    implementasi program tol laut dalam periode
    pembangunan jangka menengah 2015-2019
    mencapai Rp700 triliun. Pembiayaan tersebut
    diharapkan dapat menyelesaikan pembebasan
    lahan, pengerukan, pengembangan terminal untuk
    24 pelabuhan strategis; pengembangan
    short sea
    shipping
    di Pulau Jawa; pengembangan fasilitas
    kargo umum dan bulk sesuai Rencana Induk
    Pelabuhan Nasional (RIPN); pengembangan1.481
    pelabuhan non-komersil dan 83 pelabuhan
    komersil lainnya; transportasi multimoda untuk
    mencapai pelabuhan tol laut; revitalisasi industri
    galangan kapal; serta pengadaan kapal kapal baru



    Berita Terkait

    SOROTAN MEDIA