FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    15 12-2017

    2440

    Tingkatkan Pengelolaan Masjid untuk Wisata Religi Indonesia

    Kategori Berita Pemerintahan | anni005
    Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat menjelaskan mengenai Ekonomi Islam di dunia pada penutupan Simposium Nasional Dewan Masjid dalam Pengembangan Pariwisata Religi di Indonesia di Hotel Grand Sahid Jakarta, Jumat (15/12/2017).

    Jakarta, Kominfo – Secara global khususnya di kawasan regional Asia Tenggara, para wisatawan asing lebih tertarik berkunjung ke negara Malaysia dibandingkan dengan Indonesia berkaitan dengan wisata Islam seperti yang disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

    Pada saat kita bicara yang berkaitan dengan Islam, sesuatu yang halal dan bisnis orang melihatnya Malaysia bukan Indonesia padahal Malaysia Masjidnya lebih sedikit dibanding Indonesia yang kita punya Masjid sampai puluhan ribu dan Mushola ada ratusan ribu. Tapi kalo bicara tourism yang berkaitan dengan Islam orang pasti mikirnya langsung Malaysia, kita kalah sama Malaysia, kurang apa Indonesia,” ungkap Menteri Rudiantara dalam acara Penutupan Program Simposium Nasional Dewan Masjid dalam Pengembangan Pariwisata Religi di Indonesia di Grand Sahid Jaya, Jumat(15/12/2017) pagi.

    Menteri Kominfo mengatakan industri bisnis halal secara global lebih banyak terdapat di wilayah Indonesia dan mengalami peningkatan secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga ke tahun – tahun berikutnya. “Secara global, bisnis industri halal sebanyak 30% ada di daerah kita sebetulnya. Tahun 2016 nilainya 198 miliar meningkat menjadi 281 miliar, meningkatnya 50% sampai tahun 2022”, tambahnya

    Dalam sambutan sebelum menutup acara Simposium ini, Menteri Rudiantara menekankan ada 2 hal penting yang harus menjadi konsen dalam rangka peningkatan wisata religi di Indonesia. Pertama, siapa yang target yang disasar dan kedua adalah apa produknya.

    Pertama, apakah wisatawan lokal atau asing yang menjadi target karena ini dua hal yang berbeda. Kemudian produknya apa? Produk kita sekarang Masjid. Masjid apa? Apakah Masjid yang sekarang Masjid yang sekarang dioperasikan atau Masjid yang memang khusus untuk wisata”, tegasnya.

    Adanya latar belakang legenda menjadi hal lain yang diharapkan Menteri Kominfo menjadi konsen dalam membangun masjid–masjid selanjutnya. Cirebon dengan legenda Sunan Gunung Jati, Pesantren dengan legenda Kyai dan Bali dengan banyak legendanya menjadi beberapa contoh yang disampaikan oleh Rudiantara pada acara tersebut.

    Menurut Menteri Rudiantara, adanya Masjid saja tidak cukup untuk dijadikan modal untuk meningkatkan pariwisata religi di Indonesia.

    “Contohnya Lombok itu dikenal dengan pulau 1000 Masjid. Tapi apakah itu bisa dijadikan wisata? Tidak,” tuturnya. Jelasnya ia menuturkan pula bahwa biasanya wisatawan Lombok berwisata ke Mandalika atau ke tempat – tempat yang lain tapi bukan Masjid.

    Walaupun Lombok dikatakan pulau 1000 Masjid, Rudiantara berkelak bahwa tetap harus mengbuat produknya agar orang asing maupun Indonesia datang ke Masjid juga. Kalo perlu bikin satu kawasan untuk Masjid - Masjid terkenal seluruh dunia disitu. Jadi orang betul – betul tertarik untuk datang,” tutupnya. (SW/ABP)

    Berita Terkait

    Kolaborasi untuk Akselerasi Indonesia Jadi Negara Berpenghasilan Tinggi

    Visi Indonesia Emas 2045 tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, dimana Indonesia perlu mengubah pende Selengkapnya

    Presiden Berbuka Puasa Bersama dengan Menteri Kabinet Indonesia Maju

    Ini merupakan buka puasa bersama yang digelar kembali di Istana setelah terakhir digelar pada tahun 2019 lalu. Selengkapnya

    Presiden Tegaskan Potensi Demografi dan Tantangan Indonesia

    Menurut Presiden, Indonesia memiliki kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik karena 68 persen penduduknya berada dalam rentang usia p Selengkapnya

    Pemerintah Siapkan Pemindahan ASN Hingga Digitalisasi di IKN

    Penerapan smart city di IKN menjadi kesempatan yang tepat untuk mengakselerasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA