FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    18 10-2016

    4214

    Bangun Pariwisata, Dongkrak Ekonomi Indonesia

    Kategori Kerja Nyata | mth

    "Wow, wonderful!” Itulah sepenggal kata yang meluncur diiringi decak kagum dari bibir Juergen Knapp (53), wisatawan asal Austria. Di pagi buta pukul 04.30 itu, ia bersama istri dan dua anaknya terpesona keindahan golden sunrise di puncak bukit Sikunir, lereng dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

    Di kanan-kirinya, ratusan wisatawan lainnya menggumamkan sukacita sambil ramai-ramai menjepretkan kamera ponsel ke arah matahari berwarna kuning emas yang mulai mengintip dari balik punggung gunung Sindoro-Sumbing. Tak jauh dari tempat Knapp berdiri, Agus Wardoyo (48), sopir micro bus yang mengantarkan keluarga Austria itu naik ke Sikunir, asyik menghitung lembaran uang berwarna biru di dompet kumalnya. “Enam ratus,” bisiknya kepada
    Marno, kernetnya, sambil tersenyum bungah. Keduanya tertawa renyah sembari menyaksikan kliennya yang sedang terbuai keindahan alam di desa yang dijuluki “Negeri di Atas Awan” itu.

    Warga Desa Jojogan, Kecamatan Kejajar, yang sudah 11 tahun berprofesi sebagai sopir itu pantas gembira. Bagaimana tidak, sepagi itu ia sudah mengantungi uang Rp 600 ribu, jumlah yang lebih dari cukup untuk membayar setoran ke juragan pemilik micro bus. “Biasanya narik seharian cuma dapat bersih Rp 200 ribu, hanya pas untuk setoran. Tapi dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Dieng dan Sikunir belakangan ini, micro saya sering disewa. Penghasilan saya pun ikut, wuusss..,” ujarnya terkekeh sambil menggerakkan telapak tangannya ke atas.

    Kepala Desa Jojogan, Wahyudin menyatakan, pariwisata memang telah mendongkrak perekonomian warga Dieng dan sekitarnya secara signifkan, termasuk di desanya. “Dulu banyak warga desa saya tidak memiliki penghasilan tetap atau buruh tani. Sekarang banyak yang kerja di sektor pariwisata, ada yang jadi sopir, pemandu, penjaga home stay, atau pedagang oleh-oleh. Jadi orang kaya mereka sekarang,” ujarnya.

    Ia sangat setuju jika sektor pariwisata terus dikembangkan agar dapat menghasilkan pemasukan yang besar bagi masyarakat dan negara. Ia berharap, pemerintah pusat dan daerah terus berbenah agar Indonesia layak dikunjungi wisatawan. “Dengan dukungan dana untuk membangun infrastruktur pariwisata di daerah, saya yakin ekonomi masyarakat daerah bisa terus melejit,” katanya.

    Kunjungan Naik, Devisa Terkerek
    Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan berhasil ditingkatkan dari 10 juta menjadi 10,4 juta orang. Peningkatan jumlah tersebut mampu memberikan kontribusi Rp144 triliun bagi devisa negara. Selain itu meningkatnya wisatawan juga dapat menyerap tenaga kerja yang diperkirakan mencapai 11,3 juta orang.

    Angka tersebut bisa terus digenjot, mengingat masih banyak potensi wisata di Indonesia yang belum tergarap bahkan belum teridentifkasi.“Sikunir hanyalah satu contoh tempat baru yang dalam waktu kurang dari lima tahun langsung berkembang menjadi tujuan wisata favorit di Jawa Tengah. Saya yakin, di seluruh daerah ada potensi wisata yang samasekali belum tergali,” imbuh Wahyudin.

    Soal branding, pariwisata Indonesia sejatinya sudah berhasil mengangkat diri ke tatar pasar internasional. Terbukti dalam berbagai ajang Internasional, Indonesia berhasil meraih sejumlah penghargaan di bidang Pariwsata. World’s Best Halal Tourism Destination yang diraih Indonesia pada 21 Oktober 2015 dalam ajang World Halal Travel Award 2015 di Uni Emirat Arab, membuat Kementerian Pariwisata semakin gencar mempromosikan wisata Halal. Mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.

    “Bali Baru”
    Berangkat dari hasil capaian ditahun 2015, Kementerian Pariwisata optimistis kinerja pariwisata akan terus meningkat. Tahun 2016, Kemenpar mentargetkan 12 juta wisatawan, dengan perolehan devisa Rp172,8 Triliun dan penyerapan tenaga kerja 11,7 juta orang. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menetapkan 10 daerah tujuan wisata sebagai prioritas pembangunan. Kesepuluh tujuan tersebut dikenal dengan sebutan “Bali Baru”, yaitu: Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Pulau Komodo, Wakatobi dan Pulau Morotai.

    Selain target yang ditetapkan pemerintah, sejumlah daerah juga membenahi sektor pariwisatanya, seperti Kabupaten Pasuruan yang memfokuskan menjadi destinasi wisata keluarga, Gorontalo yang kaya akan wisata bahari menjadikan Hiu Paus sebagai objek wisata andalannya, Kota Malang dengan mengubah sebuah wilayah pemukiman kumuh menjadi pemukiman warna warni dan ditetapkan sebagai kampoeng wisata.

    Kota Surabaya mengubah sebuah perkampungan nelayan menjadi objek wisata dengan membangun Jembatan Soerabaya dan mendirikan air mancur menari di dekat area jembatan, kemudian menyediakan tempat untuk pengunjung berfoto. Serta sejumlah event tahunan yang dapat menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara seperti Sumatera Barat dengan event Tour de Singkarak, Kutai Kartanegara dengan Festival Erau, Kabupaten Jember dengan Jember Fashion Carnaval.

    Terobosan dengan Empat Pilar

    Permerintah juga membuat Terobosan Utama Pariwisata dan Empat Pilar Pariwisata. Terobosan Utama Pariwisata yaitu Bebas Visa Kunjungan, Kemudahan bagi wisatawan untuk menggunakan Kapal Pesiar (Cruise Ship) dan Kapal Wisata (Yacht). Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 104 tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan menyebutkan 169 penerima bebas visa kunjungan ke Indonesia. Wisatawan dengan fasilitas Bebas Visa Kunjungan diproyeksikan dapat meningkat sebanyak 1 juta di tahun 2016 dengan perolehan devisa USD 1 Miliar.

    Pariwisata Indonesia juga akan di dasari Empat Pilar Pariwisata, yaitu Destinasi Pariwisata, Industri Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, serta Kelembagaan Pariwisata. Destinasi Pariwisata, merupakan pilar untuk percepatan pembangunan 10 destinasi pariwisata yang sudah ditetapkan, selain itu pengembangan infrastuktur, ekosistem pariwisata serta divesifkasi atraksi wisata budaya juga akan diperkuat.

    Industri Pariwisata, pilar ini ditujukan untuk pelaku usaha pariwisata yang diharapkan dapat menerapkan standard dan sertifkasi, membuat forum komunikasi lintas sektor dan daerah serta promosi event pariwisata. Pemasaran Pariwisata yang merupakan sisi promosi “Wonderul Indonesia” atau “Pesona Indonesia” yang didukung oleh adanya event baik bersifat nasional maupun internasional. Pemasaran juga didukung oleh pendataan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

    Untuk memperkuat pilar kelembagaan pariwisata, pemerintah mengadakan sertifikasi kompetensi SDM bidang pariwisata, pelatihan dasar SDM bidang pariwisata, menyerap tenaga kerja dari lulusan pendidikan tinggi pariwisata, serta peningkatan kualitas reformasi birokrasi di Lingkungan Kementerian Pariwisata.

    Jika semua elemen tersebut berhasil diwujudkan, kelak bukan hanya Agus Wardoyo seorang yang menangguk untung bersama kedatangan wisatawan. Di daerah akan bermunculan Agus-Agus lain yang mampu mengambil peran menjadi pelaku aktif di sektor pariwisata. Bukan sekadar menonton lalu-lalang wisatawan tanpa sedikitpun berpikir bahwa itu adalah rezeki yang terlewat begitu saja di depan mata.*




    Berita Terkait

    Bangun Indonesia Dari Desa

    Hamajen Saleh (41) tampak serius mengawasi tukang batu yang sedang giat mengayunkan sekopnya. Kepala Desa Hidayat, Kec Bacan, Kab Halmahera Selengkapnya

    Nawa Cita Meretas Indonesia Maju

    Pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan Kabinet Kerjanya memiliki komitmen kuat untuk membangun Indonesia secara menyeluruh, adil dan merat Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA