FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    26 10-2016

    5248

    Aplikasi Kargo Salah Satu Solusi Tekan Biaya Logistik

    Kategori Berita Kominfo | doni003

    Jakarta, Kominfo - Kondisi sistem logistik Indonesia saat ini terbilang buruk dibandingkan dengan sistem logistik negara tetangga dan negara lain di dunia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya keras untuk mengatasi hal itu dengan melibatkan semua pihak untuk membuat terobosan menurunkan biaya logistik. Kehadiran aplikasi bidang kargo dan logistik dinilai menjadi salah satu solusi untuk menekan biaya logistik eksisting.

    “Logistik kita masih menjadi salah satu yang terburuk dibandingkan negara tetangga atau lainnya. High cost economy Indonesia termasuk tinggi, disebabkan 25% GDP Indonesia adalah sektor logistik. Jika dibandingkan dengan Amerika atau negara tetangga, Singapura dan Malasyia yang hanya mencapai belasan persen saja. Indonesia harus bisa berupaya menurunkan biaya logistik ini,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam Peresmian Aplikasi Cargo Centrals Tulang Punggung Industri Cargo dan Sistem Logistik di Indonesia, di Ruang Roeslan Abdulgani, Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu (26/10/2016).

    Menurut Rudiantara, perbandingan besaran biaya logistik Indonesia dengan negara lain dapat dilihat dalam Index Logistic Performance Indonesia Tahun 2014-2016. Dalam laporan itu, Indonesia mengalami penurunan ranking dalam hal tracking dan tracing. Meski demikian, dalam International Shipments, posisi Indonesia naik dari ranking 74 menjadi 71 pada tahun 2016.

    “Bila dilihat dari 25% angka tadi rinciannya adalah 11,8% transportasi, 12,1% inventory, sedangkan administrasi 1,5 %. Artinya, jika dianggap yang mahal adalah transportasi, belum tentu, ternyata itu inventory. Jadi mudah-mudahan aplikasi juga mengaddress masalah inventory, namun bukan berarti transportasi tidak ada masalah,” terang Rudiantara.

    Menteri Kominfo menegaskan dengan adanya aplikasi semacam ini dapat memotong proses yang berbelit di bidang logistik. "Dan calo yang harus diberantas dengan menyiapkan infrastrukturnya yakni internet. Saya juga berharap di lingkungan Kementerian Kominfo tidak ada yang namanya pungli, kalau ada harap lapor ke saya langsung. Tidak akan ada ampun,” tegas Rudiantara.

    Menteri Rudiantara sangat mengapresiasi kehadiran aplikasi Cargo Centrals yang diinisiasi Yayasan Pengembangan dan Pendidikan Telematika Indonesia (YPPTI) dengan perusahaan kargo PT Pasindo dan PT Amarta. “Mudah-mudahan dengan pelayanan aplikasi Cargo Centrals ini, efisiensi logistik bisa dihasilkan. Aplikasi ini bisa membuat hidup Indonesia lebih efisien. Agar Indonesia tidak merasa malu lagi di mata negara tetangga dan negara lainnya bahwa Indonesia itu masih mempunyai masalah dengan inefficiency yang tinggi di bidang logistik,” tutur Menkominfo.

    Rudiantara menyatakan agar pengembang aplikasi tidak takut berkompetisi, karena pasti akan muncul aplikasi serupa lainya. ”Berkompetisi itu indah dan membuat efisien, yang tidak membuat efisien itu adalah adanya proteksi berlebihan untuk kepentingan tertentu yang tidak ada benefitnya bagi masyarakat,” ujar Menkominfo mengakhiri sambutannya.

    Pada akhir acara Menkominfo Rudiantara menandatangani Plakat Peresmian Aplikasi didampingi Dirjen Aplikasi Informatika. Semuel Abrijani Pagerapan; Ketua Dewan Pembina YPPI. Jaumhari Saleh; CEO PT Pasindo serta CEO PT Amarta. (dps)

    Berita Terkait

    Sasar Komunitas dan Kelompok Milenial Kota Batu, Kominfo Gelar Pekan Literasi Digital

    Teknologi informasi yang berkembang sangat cepat belum bisa diimbangi perkembangan sumber daya manusia yang mumpuni. Selengkapnya

    Layanan EWS Jadi Salah Satu Keunggulan Siaran TV Digital

    Siaran televisi digital memiliki keunggulan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS) kebencanaan. Selengkapnya

    Awas Hoaks! Gagal Jantung Bukan Gejala Omicron

    Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan fakta bahwa itu hoaks. Selengkapnya

    Awas Disinformasi! Lagu Indonesia Raya Sudah Diganti

    Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan fakta dari Medcom.id, ternyata klaim itu keliru. Faktanya, bukan Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA