FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    09 04-2015

    12795

    KAA 2015, Indonesia Macan Asia yang (Bukan) Sekadar Legenda

    Kategori Sorotan Media | sorotan.media

    KAA 2015, Indonesia Macan Asia yang (Bukan) Sekadar Legenda

    Indonesia dijuluki sebagai ’Macan Asia’ ketika masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga kepemimpinan Presiden Soekarno. Pada masa-masa itu bangsa Indonesia menjadi yang terkuat dan terdepan di segala bidang. Macan Asia seakan menjadi mitos globalisasi bagi negara yang berkuasa atas sektor ekonomi serta pertahanan keamanan negara.

    Oleh karena itu, peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-60 pada bulan April ini diharapkan oleh Presiden Joko Widodo dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk memperkuat peran dan keberadaan Indonesia di kawasan maupun internasional.

    "Kita akan mempersiapkan peringatan KTT 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang kita tahu ini momentum yang sangat baik bagi negara kita untuk kembali mengingatkan pada dunia bahwa kita punya peran yang sangat besar dan kita ingin memori dan ingatan itu diangkat kembali," kata Presiden saat membuka rapat terbatas membahas persiapan acara tersebut di Kantor Presiden.

    Presiden memerintahkan pada semua sektor penyelenggara negara agar kesempatan itu dijadikan sebagai awal membangunkan Sang Macan.

    Presiden Joko Widodo secara khusus menunjuk Kepala Staf Presiden Luhut Pandjaitan untuk memimpin persiapan peringatan konferensi yang menjadi tonggak berdirinya Gerakan Non Blok yang dalam perjalanan sejarahnya, kemudian memberikan warna pada konstelasi politik internasional dekade 1960an hingga 1990-an.

    Panitia mengundang 109 negara Asia Afrika serta 17 negara pengamat dan 20 organisasi internasional untuk berpartisipasi.

    Persiapan terus dilakukan oleh semua pihak menjelang acara yang akan menjadi salah satu etalase Indonesia bagi negara-negara di kawasan Asia dan Afrika yang bisa menunjukkan bagaimana Indonesia saat ini dan kerja sama apa yang bisa dikembangkan yang tentunya saling menguntungkan.

    Jakarta, sebagai kota yang akan melangsungkan rangkaian konferensi baik di tingkat menteri dan pejabat tinggi maupun tingkat kepala negara dan kepala pemerintahan terus melakukan sejumlah pembenahan terkait masalah infrastruktur jalan, akomodasi dan juga transportasi.

    Dinas Bina Marga DKI Jakarta fokus terhadap perbaikan jalan rusak dan berlubang di sejumlah ruas jalan protokol terkait pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika pada 19 hingga 23 April 2015 di Jakarta dan Bandung.

    Sementara di Bandung, persiapan untuk acara memorial konferensi itu terus dimatangkan termasuk pembenahan infrastruktur yang ada.

    Antara di Bandung melaporkan, poster wajah dua tokoh dunia, Soekarno dan Nelson Mandela menghiasi kawasan Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika Kota Bandung yang akan menjadi pusat kegiatan napak tilas Konferensi Asia Afrika ke-60 pada 24 April 2015.

    Poster wajah kedua bapak bangsa dari Indonesia dan Afrika Selatan itu dipasang berjejer di sepanjang jalan utama di jantung Kota Kembang Bandung itu.

    Foto poster keduanya dipasang bergandengan. Foto Ir Soekarno yang merupakan Presiden I RI dipasang dengan latar merah dengan tulisan "Lahirlah Asia Afrika Baru" sedangkan foto Nelson Mandela dengan latar warna hijau bertuliskan "Tak Ada yang Mustahil".

    Bangunkan Macan Ketika julukan Macan Tertidur sudah melekat, maka tidak ada salahnya untuk kembali membangunkan auman-nya. KAA 2015 mempunyai tujuan yang sangat penting di berbagai bidang, mengingat Indonesia adalah negara pelopor penyelenggara KAA.

    Wakil Menteri Luar Negeri RI A.M. Fachir mengatakan pertemuan dan peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) merupakan momentum yang baik bagi Pemerintah Indonesia untuk melakukan diplomasi ekonomi terhadap negara-negara di kawasan tersebut.

    "Sejak awal ketika kami diberi arahan oleh Presiden termasuk dalam rapat kerja, dikatakan bahwa KAA adalah momentum. Momentum itu tidak perlu ditunggu, tetapi harus diciptakan. KAA ini kita manfaatkan untuk diplomasi ekonomi Indonesia," kata Wamenlu A.M. Fachir.

    Menurut dia, salah satu langkah diplomasi ekonomi dalam penyelenggaraan KAA adalah melalui pemilihan tema "Memperkuat Kerja Sama Selatan-Selatan".

    "Sebenarnya kita melakukan pendekatan dengan dua cara pendekatan, salah satunya ’get real business’, baik di bidang investasi, pembangunan, maupun perdagangan," ujar dia.

    Terkait upaya memperkuat fungsi diplomasi ekonomi, kata Fachir, Kelompok Kerja Penguatan Diplomasi Ekonomi Kemlu RI sedang mencoba mengidentifikasi berbagai isu dan perjanjian ekonomi yang masih tertunda atau terhambat realisasinya.

    "Jadi, sekarang kami mengejar para perwakilan kita di luar negeri untuk menindaklanjuti berbagai ’pending issue’ dan merealisasikan MoU yang belum ditindaklanjuti," lanjut Wamenlu.

    Menurut Fachir, yang juga adalah Ketua Nasional Pokja Penguatan Diplomasi Ekonomi, pihaknya akan terus mengidentifikasi hambatan-hambatan yang menyebabkan beberapa nota kesepahaman atau perjanjian yang telah dibuat tidak dapat dilaksanakan.

    Ketua Harian Pokja Diplomasi Ekonomi Kemlu RI Ngurah Swajaya menyebutkan bahwa pokja tersebut akan berkoordinasi dengan 132 perwakilan RI di luar negeri dalam melaksanakan fungsi diplomasi ekonomi. Para perwakilan RI di luar negeri itu terdiri dari kedutaan besar, konsulat jenderal, dan konsulat.

    Pokja Diplomasi Ekonomi ini bertugas membantu efektivitas dan efisiensi pelaksanaan promosi perdagangan, pariwisata, dan investasi Indonesia di seluruh dunia. "Dalam hal ini, kami juga mengidentifikasi hambatan dan tantangan yang ada dalam suatu bidang usaha," lanjut dia.

    Selain konferensi itu sendiri, banyak agenda yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menjalin berbagai kerjasama dan menguatkan berbagai sektor khususnya ekonomi.

    Salah satunya adalah Pertemuan Bisnis Asia-Afrika atau Asia Africa Business Summit yang merupakan bagian dari Konferensi Asia-Afrika, difokuskan untuk membahas empat bidang ekonomi yaitu infrastruktur, perdagangan, agribisnis, kemaritiman, dan kelautan.

    "Asia Africa Business Summit ini akan fokus pada empat bidang yang sejalan dengan prioritas pemerintahan Indonesia yaitu infrastruktur, perdagangan di antara negara-negara Asia Afrika, agribisnis, kemaritiman, dan kelautan," kata Ketua Pelaksana AABS Noke Kiroyan.

    Pertemuan Bisnis Asia Afrika itu akan dilaksanakan di Jakarta pada 21-22 April 2015. Pertemuan itu dilaksanakan atas kerja sama antara Kementerian Luar Negeri RI dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.

    Menurut Noke, pertemuan bisnis tersebut akan dihadiri 400 peserta yang terdiri dari 200 peserta asal Indonesia dan 200 peserta dari negara-negara Asia dan Afrika.

    "Ada beberapa kepala negara yang akan menjadi ’keynote speaker’ (pembicara kunci) dalam acara ini. Ada baiknya kita dengar beberapa ’policy’ (kebijakan) dari beberapa kepala negara terkait upaya memajukan ekonomi di negaranya," ujar dia.

    Ia juga menyebutkan sejauh ini sudah ada dua kepala negara yang mengonfirmasi kehadiran dan akan menjadi pembicara kunci dalam Pertemuan Bisnis Asia Afrika itu, yaitu Presiden Afrika Selatan dan Presiden Ethiopia.

    Pertemuan Bisnis Asia Afrika 2015 itu, menurut dia, juga bertujuan membentuk "Asia Africa Business Council" (Dewan Bisnis Asia Afrika) yang akan dimanfaatkan sebagai media untuk meningkatkan hubungan bisnis di antara negara-negara Asia dan Afrika.

    Ini salah satu cara membangunkan ’macan’ pada sektor bisnis.

    Tidak kalah penting dari semua ini adalah pencitraan negara harus diutamakan, karena Indonesia akan didatangi oleh ribuan jurnalis dari berbagai negara-negara di dunia. Ada kemungkinan jurnalis akan mengangkat sisi menarik dari Indonesia, seperti masyarakat sosial, budaya, sejarah, hingga iklim politiknya.

    Oleh karena itu, semua lini harus menampilkan hal terbaiknya.

    Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan hingga saat ini ada sekitar 1.300 wartawan dalam negeri dan luar negari yang telah mendaftarkan diri untuk meliput Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) Ke-60 di Jakarta dan Bandung.

    "Sudah dipastikan wartawan yang meliput, sampai saat ini yang sudah mendaftar ada sekitar 1.300 orang. Itu wartawan dalam dan luar ngeri. Kapasitas di Jakarta sendiri kan 1.000 orang," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

    Menurut dia, sejumlah tempat di Kota Bandung akan dijadikan sebagai media center Peringatan KAA Ke-60 nanti seperti Gedung Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jalan Braga.

    "Tapi nanti media center di Bandung akan kita pusatkan di Gedung New Majestic," kata dia.

    Sementara itu, Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil menambahkan pihaknya akan berupaya memberikan pelayanan optimal bagi wartawan asing yang akan meliput jalannya Peringatan KAA Ke-60 di Kota Bandung.

    "Sebelumnya saya sendiri telah mengadakan rapat dengan Menteri Pariwisata. Rencananya akan dibuatkan sebuah media centre di Gedung PGN yang di Jalan Braga Bandung sebagai kesiapan profesional kepada teman-teman wartawan dalam dan luar negeri," katanya.

    Dengan segala persiapan dan tujuan yang membangun tersebut, tidak mustahil jika Sang Macan akan kembali terdengar auman-nya paskaperingatan bersejarah tersebut. [Ant/N-6]

    Sumber: http://sp.beritasatu.com/internasional/kaa-2015-indonesia-macan-asia-yang-bukan-sekadar-legenda/83462

    Berita Terkait

    Indonesia ajak Perancis bangun konektivitas nasional

    Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak pemerintahan Perancis membahas kerja sama antara dal Selengkapnya

    Menkominfo Yakin Indonesia Tangguh Hadapi Pandemi

    Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyampaikan keyakinan bahwa Indonesia akan dapat melalui masa Selengkapnya

    Kominfo dorong nelayan gunakan perangkat radio legal

    Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendorong nelayan untuk menggunakan perangkat radio komunikasi maritim yang aman dan legal. Selengkapnya

    POS Indonesia Terbitkan Prangko Terkait Keanekaragaman Flora dan Fauna

    Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui PT Pos Indonesia menerbitkan serial prangko dan benda filateli yang terkait dengan Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA