FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    22 08-2022

    918

    Awas Disinformasi! Vaksin Covid-19 Mengandung Logam

    Kategori Berita Kominfo | srii003

    Jakarta Pusat, Kominfo - Beredar tangkapan layar di media sosial Twitter dengan klaim bahwa Jepang telah menghentikan vaksinasi Covid-19 untuk rakyatnya karena terdapat kandungan logam dalam vaksin.

    Hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan  fakta itu tidak benar.

    Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Rezeki Hadinegoro mengatakan bahwa isu vaksin Covid-19 mengandung logam atau sejenisnya Menurutnya, vaksin Covid-19 memiliki kandungan protein, garam, lipid, pelarut, dan tidak mengandung logam.

    Dikutip dari covid19.go.id, hampir semua bahan di dalam vaksin Covid-19 terdapat pada bahan yang ada di makanan, gula, dan garam. Beberapa vaksin Covid-19 mengandung mRNA ataupun virus Covid-19 yang sudah dilemahkan atau dimatikan yang bertujuan untuk memicu pembentukan imun.

    Berikut laporan isu hoaks, disinformasi dan misinformasi yang telah diidentifikasi Tim AIS Kementerian Kominfo, Senin (22/08/2022):

    1. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan Direktur Utama PD BPR Bank Buleleng 45
    2. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan BRI
    3. [HOAKS] Akun WhatsApp Mengatasnamakan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Buleleng
    4. [DISINFORMASI] Vaksin Covid-19 Mengandung Logam

    Berita Terkait

    Awas Hoaks! Ada Lumpur Mengandung Gas di Wilayah Konstruksi IKN

    Deputi Sarana dan Prasarana IKN, Silvia Halim, juga menegaskan bahwa unggahan video tersebut hoaks. Selengkapnya

    Peringatan Thailand Soal Vaksin Covid-19 Picu Kanker dan Tumor Otak? Itu Hoaks!

    Faktanya, klaim yang beredar itu tidak benar. Selengkapnya

    Awas Hoaks! Informasi Tenggat Penguruan STR Seumur Hidup

    Klaim terkait pengurusan STR Seumur Hidup bagi named dan nakes sebelum tanggal 1 Februari 2024 adalah tidak benar. Selengkapnya

    Anak Tak Divaksin Bebas Infeksi Telinga, Itu Hoaks!

    Ternyata klaim itu keliru dan berpotensi menyesatkan. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA