GPDRR 2022, Ajang Berbagi Informasi dan Referensi Mitigasi Bencana Dunia
Wakil Ketua I Panitia Nasional GPDRR berharap kegiatan ini dapat untuk saling berbagi informasi terkait mitigasi kebencanaan di masa depan. Selengkapnya
Badung, Kominfo Newsroom – Para murid dan guru Sekolah Dasar (SD) Nomor 2 Tanjung Benoa, Bali, unjuk kebolehan menampilkan kesigapan penanganan risiko bencana dihadapan perwakilan United Nations Development Programme (UNDP), United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
Simulasi penanganan risiko bencana gempa bumi dan tsunami, Selasa (25/5/2022) tersebut disaksikan langsung Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal Suharyanto, bersama Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.
Murid dan guru dengan sigap melakukan proses evakuasi setelah terjadi tsunami, yang kemudian dilanjutkan menuju ke hotel yang telah ditunjuk sebagai tempat evakuasi sementara (TES) di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali.
Simulasi ini menjadi salah satu rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang digelar mulai 23 hingga 28 Mei 2022, di Bali.
Suharyanto menyatakan, dengan letak geografis yang ada di jalur ring of fire, Indonesia menjadi salah satu dari 35 negara di dunia dengan risiko bencana tinggi.
Maka itu perlu membangun sejak dini pemahaman bagaimana menangani dan mengurangi risiko ketika bencana terjadi. "Seluruh bencana yang ada di dunia, ada di Indonesia," katanya.
Sementara, Asisten Sekretaris Jenderal PBB/United Nations Development Programme (UNDP) Asisten Administrator dan Direktur Biro Krisis, Asako Okai, menjelaskan jika pihaknya telah memetakan wilayah rawan bencana, termasuk sekolah.
“Bersama kita telah mengidentifikasi sekolah-sekolah yang rentan terkena tsunami, mengkaji dan memperbaharui rencana kesiapsiagaan sekolah, mengadakan latihan evakuasi, serta mengadvokasi untuk dimasukkannya kesiapsiagaan tsunami ke dalam kurikulum sekolah. Prakarsa tindakan awal ini dilakukan melalui peringatan dini dan mengikutsertakan warga terutama yang paling rentan,” ujarnya.
Sejak 2017, dengan dukungan pemerintah Jepang, UNDP dikatakannya telah menyelenggarakan berbagai latihan kesiapsiagaan tsunami untuk siswa sekolah di daerah pesisir, di 18 negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
Latihan kesiapsiagaan tsunami ini, menginformasikan kepada warga akan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko cedera, serta cara terbaik menghindari konsekuensi bencana alam.
Momentum apungkan kearifan lokal Indonesia saat hadapi bencana
Maka itu, pertemuan GPDRR 2022 di Bali diharapkan menjadi momentum bagi Indonesia menampilkan kearifan lokal tempat dan daerah mempraktekkan upaya pengurangan risiko bencana menuju resiliensi berkelanjutan.
Indonesia menampilkan kearifan lokal tempat dan daerah yang sudah paham dan mempraktekkan upaya pengurangan risiko bencana. Satu di antaranya adalah komunitas sekolah yang berada di SDN 2 Tanjung Benoa Bali.
Secara khusus, Kelurahan Tanjung Benoa, menjadi satu wilayah yang memang mengusulkan pengakuan sebagai komunitas siaga tsunami pada perhelatan GPDRR ke-7.
Wilayah lainnya yakni, Desa Panggarangan, Desa Pangandaran, Desa Kemadang, Desa Gelagah, Desa Tambakrejo, dan Desa Kuta Mandalika.
Kelurahan Tanjung Benoa, Kabupaten Badung, menjadi wilayah yang berada di zona bahaya ancaman tsunami. Karakter wilayah yang datar dan jauh dari area aman, tidak memungkinkan masyarakatnya mengevakuasi diri untuk menuju daerah yang lebih tinggi dengan cepat.
Pilihan terbaik untuk evakuasi adalah melakukan evakuasi menuju bangunan tinggi dan minimal berlantai 3 yang masih berdiri pascagempa. Sebagai antisipasi pengurangan risiko bencana, Kelurahan Tanjung Benoa bersama tujuh hotel berlantai tiga atau lebih pun telah menandatangani perjanjian kerja sama menjadikan hotel sebagai tempat evakuasi sementara bagi masyarakat selama tsunami masih berlangsung.
Meski terkendali, GPDRR 2022 tetap menerapkan Prokes ketat
Pada kesempatan tersebut, Suharyanto, turut menegaskan bahwa gelaran GPDRR 2022 di Bali tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, meski penanganan kasus virus COVID-19 telah terkendali dengan baik, khususnya di Bali.
Sistem bubble pun, yang di awal perencanaan penyelenggaraan akan diterapkan, dengan pertimbangan terkendalinya penyebaran virus, Indonesia hanya menetapkan Prokes ketat saat GPDRR 2022 berlangsung.
Tercatat, di Provinsi Bali, kasus harian hanya berkisar 10-15 penambahan kasus perhari. Pasien yang sembuh pun cukup tinggi. Bahkan beberapa waktu belakangan, sudah tidak ada kematian pasien akibat COVID-19.
"Vaksinasinya juga sudah sangat tinggi. Dosis pertama sudah di atas 100 persen. Tahap kedua sudah 96, 7 persen dan booster pun sudah di atas 60 persen," kata Suharyanto.
Dengan kondisi ini, jelas Suharyanto, panitia penyelenggara mengajukan saran kepada Presiden Joko Widodo agar GPDRR 2022 tidak menggunakan sistem bubble.
"Beliau (Presiden Jokowi) menyetujui, sehingga pelaksanaan untuk kali ini tidak memakai sistem bubble. Tetapi tetap menegakkan protokol kesehatan secara ketat," tegas Suharyanto yang juga Wakil Ketua I Panitia Nasional GPDRR.
Dikatakannya, para tamu undangan dan delegasi yang hadir harus tetap melaksanakan tes PCR dan menggunakan masker.
"Besok Rabu (25/05/2022), saat pembukaan dipastikan seluruh peserta yang masuk ke BNDCC semuanya dalam kondisi negatif," ujar dia.
Penerapan prokes ketat ini sebagai bentuk kepercayaan dari dunia internasional kepada Indonesia. Terlebih selama dua tahun pandemi COVID-19, Indonesia diakui bisa mengatasinya dengan baik.
"Kita buktikan. Penyelenggaraan GPDRR ini dengan membuka, tetapi tetap protokol kesehatan diterapkan," tegas dia.
Presiden Joko Widodo direncanakan akan membuka perhelatan GPDRR ke-7 di Bali pada Rabu (25/5/2022). Tema GPDRR 2022 bertajuk From Risk to Resilience: Towards Sustainable Development for All in a Covid-19 Transformed World (Dari Risiko ke Ketangguhan: Menuju Pembangunan Berkelanjutan untuk Semua di Dunia yang Ditransformasi Covid-19).
Pertemuan itu akan menghasilkan Co-Chairs’Summary yang dirilis pada 27 Mei. Outcome document tersebut merupakan refleksi dari pandangan, pendapat, serta rekomendasi dari peserta selama kegiatan.
Dokumen tersebut tak hanya memuat kemajuan global dalam isu penanggulangan risiko bencana. Tetapi, akan diuraikan pula langkah dunia di masa mendatang. Hasil pertemuan ini juga diharapkan akan turut memuat peranan Indonesia terkait isu kebencanaan.
Wakil Ketua I Panitia Nasional GPDRR berharap kegiatan ini dapat untuk saling berbagi informasi terkait mitigasi kebencanaan di masa depan. Selengkapnya