FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    10 11-2020

    1951

    Dirjen IKP: 90 Persen Berita Hoaks Diedarkan secara Sengaja

    Kategori Berita Kominfo | doni003

    Jakarta, Kominfo – Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Widodo Muktiyo menegaskan, sebanyak 90 persen berita bohong atau hoaks yang beredar di tengah masyarakat disebarluaskan secara sengaja melalui dunia digital sebagai alat propaganda.

    “Berita bohong yang muncul didalam digital itu disengaja, artinya dengan sadar ingin mengacaukan dunia digital,” kata Dirjen IKP dalam webinar bertema “Literasi Pemuda Tangkal Hoaks di Masa Pandemi Covid-19” di Jakarta, Selasa (10/11/2020).

    Menurut Dirjen IKP,  dalam kehidupan digital yang tidak bisa lepas dari internet, handphone (HP) dan media sosial namun setiap orang mempunyai pilihan untuk menggunakan dengan baik dan bijak.

    "Kita bisa berhati-hati dan kritis dalam menerima informasi yang setiap hari beredar untuk meredam hoaks. Informasi yang beredar bisa menjadi ‘makanan’ yang menyehatkan tapi bisa juga menjadi ‘racun’ yang mengganggu kehidupan kita. Informasi bisa seperti pandemi kalau tidak berhati-hati, bisa menjadi tsunami informasi,” tegasnya.

    Dirjen Widodo Muktiyo berpesan, hoaks bisa muncul kapan saja dan dimana saja melalui media sosial, apalagi di tengah pandemi Covid-19 sejak awal pandemi hingga sekarang sudah ada lebih dari 1.220 hoaks yang beredar. Oleh karena itu masyarakat harus berhati-hati kalau menerima informasi atau berita. 

    “Kalau mendapat informasi yang diduga sensasional, sumbernya meragukan, bahasanya propokatif, sebaiknya kalau mau dihapus ya dihapus saja. Kalau ingin melihat silahkan dicek dulu kebenarannya melalui cek fakta,” ujarnya.

    Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi yang juga hadir dalam webinar menyampaikan, media sosial menjadi penyumbang terbanyak dalam penyebaran hoaks. Penyebabnya karena rendahnya tingkat literasi masyarakat. Selain itu, secara psikologis banyak orang beranggapan dengan menjadi yang pertama menyebarkan informasi merasa dirinya hebat.

    Untuk meredam hoaks bisa dengan menumbuhkan budaya literasi digital. Menumbuhkan budaya membaca yang benar dan kritis serta mendekonstruksi konten dan informasi yang masuk. “Kuncinya tumbuhkan budaya membaca yang benar dan kritis,” sebutnya.

    Sementara itu, CEO Good News From Indonesia Wahyu Aji mengatakan, kalangan yang paling kuat terhadap hoaks adalah masyarakat muda karena tingkat literasinya sudah sangat baik dibandingkan dengan kalangan lainnya. “Kalangan yang paling kebal atau tahan terdahap hoaks adalah anak muda. Karena literasi mereka lebih baik dan terbiasa dengan dunia digital,” jelasnya.

    Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk menjadi duta literasi yang sangat bermanfaat di tengah masyarakat dalam memanfaatkan media sosial. “Media sosial sekarang efeknya tidak main-main. Hoaks tidak boleh dianggap sesuatu yang remeh. Kita harus aware potensinya sekaligus bahayanya,” pungkas Aji.

    Berita Terkait

    Dewan Pers: Perpres Publisher Rights Untungkan Semua Pihak

    Perpres “Publisher Rights” justru akan menguntungkan semua pihak, baik media besar maupun media kecil. Selengkapnya

    Dirjen PPI: Digitalisasi Penyiaran Peluang Lahirkan Konten Kreator Baru

    Digitalisasi penyiaran meningkatkan kualitas siaran yang diharapkan dapat mempertahankan kepemirsaan televisi di tengah pesatnya perkembanga Selengkapnya

    Dirjen IKP: DEWG G20 Ikut Kembangkan Keterampilan Digital Pelaku UMKM

    Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong menyatakan hal itu berlangsung melal Selengkapnya

    Lantik Pengurus ISKI, Dirjen IKP Dorong Mata Ajar Komunikasi Kebangsaan

    Kehadiran dan peran ISKI diharapkan menjadi bagian penting dalam menciptakan komunikasi publik yang makin sehat dalam semangat membangun ban Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA