FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    15 08-2020

    1772

    Lawan Covid-19, Saring sebelum Sharing Informasi Lewat Ruang Digital

    Kategori Berita Pemerintahan | mth
    Mahasiswa jurusan seni yang tergabung dalam Komunitas Mural-Marul melukis mural di Kota Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (13/8/2020). Mereka mengampanyekan penggunaan masker kepada masyarakat selama pandemi Covid-19. - (antarafoto)

    Jakarta, Kominfo - Literasi informasi dan media digital perlu dipelajari dan dipahami oleh masyarakat guna mewaspadai hoaks yang beredar di tengah pandemi Covid-19. Informasi-informasi yang tidak akurat dalam hoaks berdampak negatif bagi diri sendiri dan pihak lain.

    Dosen Psikologi UIN Jakarta Ikhwan Lutfi menjelaskan hoaks menimbulkan dampak kecemasan, mengganggu eksistensi, serta menimbulkan ketidak percayaan pada diri sendiri, orang lain, dan pihak otoritas. Menurut Ikhwan, di masa pandemi sekarang ini, hoaks juga menimbulkan disobedient sosial atau ketidakpatuhan

    “Hoaks di masa pandemi membuat munculnya disobedient sosial atau masyarakat tidak patuh, karena informasi yang diterima tidak benar,” ujar Ikhwan di Media Center Satuan Tugas Nasional, Jakarta, Sabtu (15/08/2020).

    Menurut Ikhwan, ketidakpatuhan tersebut dikarenakan masyarakat lebih memaknai alternatif informasi yang ada dibandingkan dengan informasi yang disebarkan. 

    Faktor lain yang menyebabkan hal tersebut adalah perilaku malas dari sebagian masyarakat Indonesia. Malas untuk melakukan cross-check terhadap informasi yang telah tersedia, sehingga menimbulkan sesat pikir serta cara berpikir yang pendek.

    Berdasarkan keterangan Ketua Tim Kampanye Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) Lestari Nurhajati, isu politik, SARA, dan kesehatan menjadi ladang hoaks yang paling banyak tersebar di Indonesia.

    Dalam sesi Bincang-Bincang Bersama Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Lestari menuturkan ketika seseorang percaya terhadap isu yang salah namun dianggap benar, maka orang tersebut dapat melakukan tindakan-tindakan di luar kontrolnya. 

    Untuk mengantisipasi hal tersbut, terdapat hal yang paling mudah untuk dilakukan oleh masyarakat, yakni melakukan verifikasi informasi yang diterima.

    “Paling mudah, masyarakat harus melakukan verifikasi terhdapa informasi yang diterima, apabila banyak menggunakan huruf kapital, menggunakan kata ‘viralkan’, terlalu bombastis, dan terlalu bersemangat menyampaikan sesuatu yang belum tentu benar itu biasanya mencurigakan,” kata Lestari.

    Selain itu, masyarakat juga harus check and re-check dengan membandingkannya terhadap media lain yang lebih valid dan akurat. Hal tersbut juga harus diikuti oleh proses evaluasi dengan cara menahan diri atau tidak terburu-buru sebelum membagikan informasi tersebut. 

    “Jangan terburu-buru untuk berbagi, kita harus saring sebelum sharing (berbagi),” tegas Lestari mengenai evaluasi terhadap informasi yang diterima.

    Terakhir, partisipasi dan kolaborasi ketika menemukan hoaks di sekitar kita menjadi peran yang harus dilaksanakan oleh semua orang.

    Berita Terkait

    Cetak Santri Modern Lewat Santri Digitalpreneur 2024

    Program Santri Digitalpreneur Indonesia (SDI) sendiri merupakan wadah pelatihan dan peningkatan kapasitas santri dan generasi muda dalam men Selengkapnya

    Indonesia Akan Ukir Sejarah Baru Layanan Digital Terpadu

    Pelayanan publik ke depan menerapkan konsep terpadu dalam melayani perjalanan hidup manusia, moments of life. Seperti di luar negeri, layan Selengkapnya

    Apresiasi untuk Integrasi Layanan Digital Kemenag

    Digitalisasi di Kemenag dapat terus diperkuat untuk meningkatkan layanan pemerintah di bidang agama Selengkapnya

    Nataru, Harga Bapok Stabil Inflasi Terkendali Pasokan Lancar

    Kemendag secara periodik terus melakukan pemantauan harga dan pasokan melalui Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP). Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA