FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    12 03-2020

    1080

    Presiden: Kita Harus Fokus Pilih Komoditas Bernilai Tinggi dan Punya Ceruk Pasar

    Kategori Berita Pemerintahan | mth

    Jakarta, Kominfo - Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa di sektor pertanian juga harus fokus memilih komoditas yang memiliki nilai tinggi dan ceruk pasar besar sehingga komoditasnya betul-betul dipilih dan jangan itu-itu saja.

    ”Sekarang ini misalnya, di daerah-daerah tertentu sebetulnya Minyak Atsiri tapi juga sampai penyulingannya, itu permintaannya banyak. Dari Perancis, nilam. Dari Perancis. Tapi memang enggak pernah kita kerjakan secara serius,” tutur Presiden dalam peresmian Pembukaan The 2nd Asian Agriculture and Food Forum (ASAAF) Tahun 2020,  di Istana Negara, DKI Jakarta, Kamis (12/03/2020).

    Menurut Presiden, ada juga buah-buah tropis dan hingga kini belum ada yang memiliki 10.000 hektare hanya ditanami buah tropis yang banyak adalah menanam sawit, karet sejak dahulu hingga sekarang. ”Nanti kalau pas harganya turun kayak sekarang karet turun, sakit bareng-bareng. Nanti, beberapa tahun yang lalu itu sawit juga harganya turun, sakit bareng-bareng. Masak kita senang seperti itu, seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Moeldoko (bahwa) semuanya harus dimanajemeni dengan baik,” kata Presiden.

    Buah tropis ini, menurut Presiden, sebetulnya negara-negara lain banyak yang berminat misalnya manggis bahkan pernah meminta langsung ke Kepala Negara namun barangnya enggak ada padahal permintaannya banyak. ”Dari Timur Tengah, dari Eropa, dari Tiongkok. Tapi barangnya enggak ada. Mestinya kan ada. Dari HKTI  1-2 yang memiliki kebun manggis. Ya, enggak usah banyak-banyak lah, enggak usah 100.000 hektare tapi ya 5.000 hektare manggis. Minta lahan segitu kan mudah, enggak sulit. Asal jangan di Jawa.  Masih banyak lahan kita,” tuturnya.

    Ada lagi, menurut Presiden, durian yang permintaan dari Tiongkok besar sekali, tapi Indonesia enggak bisa mensuplai dengan kualitas yang diinginkan karena ada yang enak, ada yang enggak enak, sehingga rasanya campur-campur. Kepala Negara mengaku pernah beli durian mahal, harganya mahal, barangnya lihat bagus dan dipakai untuk hadiah ulang tahun Ibu Negara Iriana namun setelah dibuka sampai rumah ternyata enggak enak rasanya.

    ”Hal ini memang harus ada sebuah manajemen yang bagus dalam sebuah hektare yang luas tetapi barang yang di buka dari kebun itu harusnya enak, enak, enak, enak semuanya. Karena memang ada manajemen pembibitan yang bagus, spesiesnya memang yang betul. Masak kita enggak bisa? Masak HKTI tidak bisa? Saya yakin bisa,” imbuhnya.

    Turut hadir dalam kesempatan tersebut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, KSP Moeldoko, Mentan Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri KUKM Teten Masduki serta Waseskab Ratih Nurdiati.

    Sektor Pertanian Beri Kontribusi Besar

    Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi, baik dalam kontribusi ekspornya maupun kontribusi meningkatkan pendapatan masyarakat.  ”Sektor pertanian juga berkontribusi dalam penyediaan pangan functional food yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena dari pangan lah dapat mendorong tingkat kesehatan yang lebih baik, sehingga mampu meningkatkan produktivitas bangsa dan negara kita,” tutur Presiden.

    Oleh karena itu, Presiden menyampaikan bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan pangan dan pertanian itu betul-betul harus dilihat dari hulu sampai ke hilir. Ia menambahkan tidak bisa hanya melihat hulunya atau hilirnya atau mengurus hulunya tidak mengurus hilirnya. Negara Indonesia, menurut Presiden, sebetulnya juga masih memiliki lahan yang sangat luas untuk misalnya membuka lahan-lahan baru bagi pertanian.

    Ia memberikan contoh, misalnya di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah yang dulu pernah dipakai untuk menyiapkan sejuta lahan gambut. ”Saya lihat di lapangan, barangnya sebetulnya bagus tapi persiapan, baik infrastruktur irigasi dan bibitnya mestinya untuk lahan gambut itu berbeda dengan lahan biasa. Inilah saya kira fungsi-fungsi HKTI dalam menyelesaikan persoalan-persoalan seperti itu,” kata Presiden.

    Bibitnya yang pas untuk lahan gambut, Presiden telah mendengar di sana kemarin, percobaan yang pertama 1 hektare dapat 1,5 ton padi, meski lumayan tumbuh, tapi rugi. ”Ya coba kedua, coba ketiga hasilnya bisa sampai 4,5 ton. Ini memang harus diualng-ulang, enggak bisa kita berhenti seperti itu,” tuturnya.

    Kalau sudah ada seperti itu, menurut Presiden, mestinya segera dibuat dalam skala yang lebih besar dan yang bergerak semestinya korporasi dari petani-petani untuk membuat sebuah perusahaan dan menggerakkan dalam jumlah yang hektare yang banyak, sehingga lahan itu menjadi produktif.

    Menurut Presiden, ada kurang lebih 1 juta lebih, tetapi jika dilihat yang memungkinkan dan feasible itu kurang lebih maksimum 300-an ribu hektar di Pulang Pisau. Kepala Negara mengajak untuk membayangkan kalau 300.000 itu dikerjakan betul-betul dengan cara-cara teknologi, cara-cara modern pertanian, bibit-bibit yang baik sehingga tinggal dikalikan saja, katakanlah 4,5 x  300.000 hektare, bisa ada tambahan banyak setiap kali panen.

    ”Ini mestinya seperti ini yang meminta itu dari HKTI.  ‘Pak, gua urusnya aja Pak’. Gitu loh. ‘Saya urusnya saja, Pak?’, ‘Mana, Pak 300.000 hektare, saya urusnya. Tahun depan Bapak bisa akan tambah surplus beras sekian ton’. Itu yang saya tunggu. Jangan rutinitas. Enggak akan, kita enggak akan bisa melompat kalau kerja-kerja kita rutinitas,” katanya.

    Berita Terkait

    Bertemu Tony Blair, Presiden Bahas Investasi Energi dan Percepatan Transformasi Digital

    Dalam keterangannya selepas pertemuan, Menteri Investasi menyebut bahwa pertemuan bersama Tony Blair menghasilkan beberapa kesepakatan penti Selengkapnya

    Presiden Gelar Griya Bersama Para Menteri di Istana Negara

    Acara gelar griya menjadi ajang untuk merenungkan nilai-nilai sosial, kebersamaan, dan harapan bagi bangsa Indonesia. Selengkapnya

    Presiden Tinjau Arus Mudik Lebaran di Stasiun Pasar Senen

    Dalam kunjungannya, Presiden melihat secara langsung kesiapan infrastruktur serta manajemen pelaksanaan mudik yang terpantau baik. Selengkapnya

    Presiden Lepas Pengiriman Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina dan Sudan

    Bantuan yang dikirimkan tersebut, kata Presiden, bernilai kurang lebih Rp30 miliar berupa obat-obatan dan peralatan-peralatan kesehatan dan Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA