FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    04 04-2019

    1289

    Kisah Putri Izzati Bangun VC Demi Kesetaraan Gender

    Kategori Artikel | Yusuf
    - (Yusuf)

    Jakarta, Kominfo - Tidak dimungkiri, dunia startup menjadi industri yang menjanjikan di Indonesia. Banyak anak muda atau milenial yang memilih menjadi founder startup digital sebagai profesi. Namun, tidak semua pengusaha startup, terutama wanita, memiliki kesempatan masuk dan berkompetisi dalam pasar lokal atau internasional. Mencermati kondisi ketimpangan tersebut, Managing Partner Simona Ventures, Putri Izzati bertekad mendorong kesetaraan gender dalam dunia startup di Indonesia dengan mendirikan venture capital.

    Berdasarkan penelusuran akun LinkedIn miliknya, Putri Izzati mendapat gelar sarjana dari Universitas Indonesia. Jurusannya pun relatif jauh dari soal startup dan keuangan, Jurusan Komunikasi dan Program Studi Media Studies. Tapi, dunia teknologi bukan hal yang asing lagi bagi Putri. Selama lebih dari sepuluh tahun, ia meniti karir menjadi Business Associate di IDBYTE. Kemudian pernah menjadi Manager di Google Developer Group dan terakhir menjabat sebagai Planner di KIBAR. 

    Putri Izatti memberi sambutan dalam acara Simona ventures 

    Berawal dari pengalamannya di industri teknologi sejak tahun 2011, Putri dan timnya mengembangkan Simona Ventures. Misinya satu: membantu pendiri startup perempuan untuk mendapatkan dukungan menyeluruh agar bisa membangun bisnis mereka! Harapannya dengan misi itu, perempuan yang bergerak di dunia start up digital tidak kalah saing dengan pendiri startup yang saat ini masih didominasi laki-laki.

    Dalam pandangan Putri Izzati, Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam hal pertumbuhan startup. Selain itu, Indonesia menjadi pasar yang paling banyak dilirik Venture Capital asing. Namun demikian Putri mencatat, masih sedikit jumlah pendiri startup perempuan yang mendapatkan dukungan dalam bentuk investasi hingga kesempatan lainnya dari venture capital dan pihak terkait.

    “Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus kami di Simona Ventures, yaitu memberikan dukungan dalam bentuk networking dan edukasi sehingga pada akhirnya investasi kepada mereka pendiri startup perempuan atau startup yang memiliki perempuan di jajaran C-Level,” kata Putri.

    Putri mengharapkan akan muncul role model perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi agar menjadi panutan bagi generasi muda, khususnya perempuan. “Kalau kita lihat saat ini negara seperti Amerika Serikat sudah mulai menempatkan perempuan di jajaran C-Level mereka sehingga meminimalisir gender gap di perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat belum maksimal dilakukan,” ungkapnya.

    Dibalik kesibukannya dalam membangun bisnis dan menyemangati para entrepreneur, Putri juga tengah merintis portal media. Namanya, Rombak Media. Website itu, fokus pada penyediaan konten informasi dan pengetahuan mengenai dunia startup. Selaras dengan visi Putri untuk menyemangati pembaca yang tengah merintis atau baru memulai startup.


    Diskusi Panel Simona Ventures APAC Women Founders

    Bangun Komunitas Pengusaha Asia Pasifik

    Simona Ventures dirancang sebagai wahana penyedia akses dan peluang untuk memberdayakan bisnis serta inisiatif. Kini, langkah Simona Ventures tidak lagi sebatas di Indonesia. Batch pertama dikemas dalam bagian Program APAC Women Founders Accelerator. Targetnya membangun komunitas pengusaha perempuan di Asia Pasifik. Kali ini, Simona Ventures bekerja sama dengan Digitaraya, akselerator kelas dunia yang didukung oleh Google Developers Launchpad.

    Melalui bootcamp yang berlangsung selama lima hari, dari tanggal 25 hingga 29 Maret 2019, para peserta dari founder perempuan tersebut akan diperkenalkan dengan pasar Indonesia. Dalam bootcamp itu, peserta juga diberi peluang akses ke investor lokal maupun regional. Selama berada di Indonesia, setiap perwakilan startup akan dibekali berbagai ilmu, termasuk wawasan mengenai pasar Indonesia. Menurut Putri, hal ini dilakukan untuk mendorong startup-startup asing ini meluaskan bisnisnya di Indonesia.

    "Sekaligus dihubungkan dengan para pelaku industri terkemuka di tanah air. Kami berharap mereka bisa mendukung kesetaraan gender dengan menampilkan pemimpin perempuan yang inspirasional," tutur Putri. 

    Bootcamp kali ini diikuti oleh 11 tim peserta dari 10 negara. Seluruh peserta dipilih lewat program akselerator APAC Women Founders. Setiap peserta memiliki layanan yang berbeda. Ada layanan artificial intelligence, ritel, e-commerce, hingga asuransi. 

    “Salah satu kriteria yang kita minta untuk mereka ikutan adalah mereka mau expand bisnis mereka di Indonesia. Jadi bukan cuma kita kasih mereka akses untuk masuk ke Indonesia, kita kenalin ke partner atau investor, tapi kita juga mau mereka untuk kolaborasi dengan local startup atau lokal talent di sini," jelas Putri.

    sesi Foto bersama 11 Startup terpilih

    Sebelas startup digital sebagai peserta antara lain Avana (Malaysia), Fuse (China), Glazziq (Thailand), Kono (Korea Selatan), Policy Pal (Singapore), Roshni Rides (Pakistan), Snooper (Australia), Stylegenie (Filipina), ViralWorks (Vietnam). Indonesia mengirimkan dua wakil startup yaitu Seekmi dan Gadjian.

    “Seekmi merupakan sebuah startup yang menghubungkan penyedia layanan lokal seperti servis elektronik hingga laundry dengan pelanggan. Sementara Gadjian adalah startup berbasis aplikasi untuk manajemen dan penggajian sumber daya manusia berbasis cloud," tutur Putri.

    Selama tiga hari, peserta melakukan pengenalan terhadap ekosistem Indonesia. Kemudian mengikuti demo day dan diakhiri dengan sesi pertemuan khusus dengan calon mitra pada hari terakhir. Peserta bootcamp menerima immersion programme dalam bentuk mentorship dari Google, pemain kunci dan ahli industri digital, serta berjejaring dengan pemimpin komunitas dan inisiator startup lain. 

    "Kurikulum yang dirancang untuk membantu para peserta memahami lebih dalam ekosistem Indonesia ini diharapkan akan membawa berbagai pemain startup perempuan dari negara-negara tetangga untuk memperkaya ekosistem startup di Indonesia," jelas Putri.

    Menariknya, program khusus untuk startup yang dipimpin perempuan itu, para pemateri pun mayoritas dari mentor perempuan. Melalui program ini nantinya bisa muncul role model perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi untuk bisa menjadi panutan bagi generasi muda, khususnya perempuan. Hal tersebut yang saat ini masih sangat sedikit jumlahnya bukan hanya di Indonesia namun juga secara global.

    “Kalau kita lihat saat ini negara seperti Amerika Serikat sudah mulai menempatkan perempuan di jajaran C-Level mereka sehingga meminimalisir gender gap di perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat belum maksimal dilakukan,” tandas Putri.

    Uji Kelayakan dalam Pitching dan Demo Day 

    Program yang didukung penuh Kementerian Kominfo dan Google for Startup itu juga menjadi ajang "uji kelayakan" bagi para start up yang ikut dalam bootcamp. Sebelum sesi pitching, diisi dengan paparan mengenai tema Government 4.0. Sesi yang dipandu oleh Sonny Sudaryana (Kepala Seksi Penerapan Aplikasi Informatika, Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo) mengupas upaya-upaya pemerintah dalam mendukung ekonomi digital. 

    Sonny Sudaryana (Kepala Seksi Penerapan Aplikasi Informatika, Kemenkominfo) 

    Dalam sesi berikutnya dilanjutkan dengan paparan Bruce Delteil (Partner McKinsey & Company Indonesia). Ia mengupas “The Power Of Parity, Advancing Women’s Equality” dengan memaparkan fakta 51% dari pemilik Usaha Kecil Menengah di Indonesia adalah wanita, lebih baik bila dibandingkan dengan persentase global yang hanya sebesar 34%.

    Saat sesi pitching, setiap wakil startup harus menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai beragam aspek mengenai latar belakang bisnis serta potensi pengembangan bisnis-bisnis yang mereka dirikan. Setelah sesi pithing selesai, kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan Jane Cheng (Strategic Partners & Development Leads, VC & Startups, Google), Shinto Nugroho (Chief Policy & Government Relations, GO-JEK), dan Lalitha Wemel (Regional Manager – APAC, Techstars). 


     Bruce Delteil (Partner McKinsey & Company Indonesia)

    Selanjutnya dalam Demo Day, peserta mempresentasikan hasil gemblengan mereka selama tiga hari. Mereka harus mempresentasikan di depan para juri perempuan, antara lain Yoonmin Cho (Program Manager, Google for Startups), Crystal Widjaja (Co-founder & Advisor Generation Girls), Tammie Siew (Investment team, Sequoia Capital), dan Veronica Utami (Head of Marketing, Google Indonesia).

    Demo Day yang digelar pada akhir dengan sesi berjejaring. Sesi yang menyediakan peluang bagi pemain startup untuk mengenal satu sama lain dan membuka peluang yang lebih besar. Melalui demo day diharapkan setiap peserta dapat mengembangkan inisiatif yang mampu menutup kesenjangan gender di Indonesia dan Asia Pasifik. (hm.ys)

    Berita Terkait

    Kisah Rio Setelah Ikuti Program Kartu Prakerja

    Setelah pandemi berlalu akan banyak pelang kerja dan usaha yang terbuka lebar dan memberikan kesempatan besar bagi para pekerja yang telah m Selengkapnya

    Kisah Veteran tentang Soetoko, Pengambil Keputusan Taktis AMPTT

    Tak banyak yang tahu, setiap tanggal 27 September Indonesia memperingati Hari Bhakti Postel. Mungkin, hari itu hanya terkenal di kalangan pe Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA