FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    23 10-2018

    2062

    Empat Tahun Jokowi-JK, Industri Ekonomi Kreatif Tembus 1.000 Triliun

    Kategori Kerja Kita | mth

    Sampai tahun 2017, sumbangan industri ekononi kreatif nasional sudah menembus Rp1.000 triliun. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) terus menggenjot konsumsi ekonomi kreatif di dalam negeri.

    "Pertumbuhan ekonomi kreatif dan sumbangan PDB-nya selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf

    Demikian disampaikan Triawan Munaf dalam acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 Edisi 4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan tema "Pembangunan Ekonomi dan Daya Saing", bertempat di Auditorium Gedung 3 Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (23/10/2018). 

    Triawan memaparkan, berikut ini sumbangan industri ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017 sudah mencapai Rp1.009 triliun dari Rp852,5 triliun pada 2015 sedangkan di tahun 2018 kontribusinya diperkirakan sekitar Rp1.105 triliun,

    Bagaimana penyerapan tenaga kerjanya? Kepala Bekraf menerangkan pada tahun 2015 saat Bekraf mulai bekerja sudah menyerap 15,9 juta orang dan terus meningkat di 2017 menjadi 17,4 juta orang, diramalkan para tahun 2018 meningkat menjadi 18,1 juta orang.

    "Kecepatan pertumbuhan tenaga kerja memang semakin menurun, tapi kualitasnya meningkat. Kami sadar ekonomi kreatif ini harus menumbuhkan jumlah tenaga kerja," jelas Triawan Munaf.

    Triawan juga menunjukkan ada tren konsumsi domestik untuk produk ekonomi kreatif terus meningkat dibandingkan pertumbuhan ekspornya. "Kita harus tingkatkan dulu konsumsi ekonomi di luar negeri agar kita bisa membentengi diri kita dari impor," jelasnya.

    Hal tersebut terlihat dari jumlah penonton film di Indonesia. Pada tahun 2016 sebanyak 16 juta orang menonton di bioskop dan di tahun 2017 meningkat pesat menjadi 42 juta orang.

    "Ekonomi kreatif adalah model ekonomi baru yang berdasarkan pikiran dan gagasan yang menjadi tulang punggung Indonesia untuk di kemudian hari. Secara kualitatif bisa kita lihat ajang Asian Games, jika tidak ada pendekatan look and feel tidak akan indah seperti itu, lalu ekonomi kreatif semakin diminati oleh kaum milenial," jelas Kepala Bekraf.

    Oleh karena itu, sesuai tujuan pemerintahan Jokowi-JK, Triawan menjelaskan melalui kekuatan ekonomi kreatif Indonesia harus dilihat dunia memiliki keragaman budaya.

    "Kita ingin menjadi leader di dunia, dalam merumuskan aturan dan kesepahaman dengan negara maju. Kami dari ekonomi kreatif akan mengadakan kongres ekonomi kreatif dunia di Bali. Kita harus bisa membuat konferensi yang baik dan suskes, tidak terbatas suku, agama, dan ras," papar mantan produser dan musisi tersebut. 

    Sebagai contoh, industri ekonomi kreatif harus bisa menjadi penyeimbang antara dunia analog dan dunia digital. Seperti misalnya industri film bioskop tetap berkembang seiring dengan menonton dari digital. "Keduanya tidak saling membunuh namun tetap tumbuh bersama-sama," jelas Triawan.

    Basis dari industri ekonomi kreatif antara lain fesyen, kuliner, kerajinan, seni pertunjukan, periklanan, film, musik, animasi, games dan seni rupa, 

    Turut hadir dalam FMB 9 kali ini sebagai narasumber antara lain Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika.

    Berita Terkait

    Empat Tahun JKW-JK: Pemerintah Wujudkan Negara Ramah Perempuan dan Anak

    Selengkapnya

    Empat Tahun Jokowi-JK: Indonesia Berhasil Gelar Asian Para Games Terbaik

    Selengkapnya

    Empat Tahun Jokowi-JK, Lebih Fokus Berdayakan Desa di Daerah 3T

    Selengkapnya

    Empat Tahun Jokowi-JK, Pariwisata Indonesia Tumbuh Melampaui Negara Jiran

    Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA