FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    07 04-2018

    1912

    Presiden: Revolusi Mental Bukan Jargon!

    Kategori Berita Pemerintahan | mth
    Presiden Joko Widodo saat bersilaturahmi dengan para budayawan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (6/4/2018) sore. - (Humas Setkab)


    Jakarta, Kominfo -  Setelah pada tahapan pertama fokus pada pembangunan infrastruktur, Presiden Joko Widodo meyakinkan bahwa pada tahapan besar yang kedua akan masuk ke tahapan investasi di bidang sumber daya manusia yang didalamnya sebagaimana telah disampaikan oleh Radhar Panca Dahana, bahwa kebudayaan itu menjadi sebuah pondasi.

    “Artinya, nilai-nilai yang kita miliki ini akan menentukan bangsa ini bisa berkompetisi, bisa bersaing dengan negara lain atau tidak. Baik yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya, baik yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang kita miliki, nilai-nilai budi pekerti yang kita miliki,” kata Presiden saat bersilaturahmi dengan budayawan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (06/04/2018) sore.

    Kemudian, lanjut Presiden, juga berkaitan  dengan etos kerja, yang berkaitan dengan produktivitas, yang berkaitan dengan integritas. “Saya kira larinya nanti akan ke sana,” tegasnya.

    Oleh karena itu, Presiden mengutip pendapat penyair Putu Wijaya, bahwa memang revolusi mental itu bukan jargon yang seperti masa-masa lalu yang perlu diteriak-teriakkan terus atau perlu diiklan-iklan terus.

    “Saya kira bukan itu. Saya kira contoh lebih baik daripada kita berteriak. Memberikan contoh akan lebih baik daripada kita berteriak. Bagaimana bekerja yang baik,  bagaimana integritas yang baik, bagaimana nilai etos kerja yang baik saya kira itu yang nanti ke depan akan kita gerakan,” tutur Presiden.

    Pentingnya Infrastruktur

    Presiden Joko Widodo menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur yang dalam 3,5 tahun ini dilakukan oleh pemerintah. “Karena kita ini sebagai negara besar sudah terlalu jauh ditinggal oleh kanan kiri kita, sehingga ini yang perlu dikejar terlebih,” kata Presiden.

    Menurut Kepala Negara, Indonesia bagian timur adalah sebuah wilayah yang betul-betul sangat jauh sekali kondisinya kalau dibandingkan dengan apa yang kita nikmati sekarang ini, terutama di Jawa.

    Ia menceritakan, waktu 3 tahun yang lalu ke Wamena, harga bensin di sini Rp6.450 di sana yang harganya Rp60.000. Pada saat-saat cuaca yang enggak baik harganya bisa Rp100.000 per liter.

    “Karena ketidaksiapan infrastruktur untuk mendukung harga itu sama dengan yang ada di Jawa,” ucap Kepala Negara menyampaikan alasannya.

    Kemudian ke kabupaten Nduga yang aspal 1 meter pun enggak ada. Dari Wamena yang sudah jauh, untuk ke Nduga itu butuh waktu  sebelumnya butuh waktu 4 hari 4 malam berjalan kaki, naik turun gunung, masuk ke hutan baru sampai dari Wamena baru masuk ke Nduga.

    “Itulah yang saya lihat di sana. Di Wamena saya lihat, kemudian di Nduga kita lihat. Di Wamena saja harga bensin Rp 60.000, apalagi di Nduga, enggak ada yang jualan bensin karena semuanya jalan kaki,” ungkap Kepala Negara seraya menambahkan, inilah fakta-fakta yang kita hadapi, termasuk yag disampaikan oleh Lesik Keti Ara, Penyair  Aceh, mengenai Airport Rembele.

    “Ini di Aceh Tengah yang sekarang jadi Bener Meriah, itu di Aceh bagian sini,” sambung Presiden.

    Presiden menegaskan, bahwa infrastruktur itu tidak hanya masalah ekonomi. Namun, infrastruktur ini akan mempersatukan kita.

    “Kalau ketimpangannya seperti yang tadi saya sampaikan ya kita tidak bisa akan bersatu.” ujar Presiden seraya menambahkan, mempersatukan dalam artian bahwa, dirinya pernah terbang dari Aceh di Banda Aceh langsung terbang ke Wamena memakan waktu 9 jam 15 menit.

    “Artinya apa? Ya supaya menyadarkan kita semuanya bahwa bangsa ini bangsa yang besar. Kalau kita terbang dari London, 9 jam itu sampai ke Istanbul Turki itu bisa melewati berapa negara, mungkin 6, 7, 8 negara. Ya inilah negara kita,” tegas Presiden.

    Tapi kalau itu tidak kita siapkan, entah airport-nya, entah pelabuhannya, entah jalannya, Presiden mengingatkan, kejadiannya ya ketimpangan antar wilayah itu akan semakin membesar.

    Dalam kesempatan itu, Presiden menyampaikan kesediaannya untuk bertemu dengan para budayawan secara rutin setiap 3-4 bulan sekali.

    Silaturahmi dengan budayawan itu dihadiri oleh Radhar Panca Dahana, Butet Kertaradjasa, Muhammad Sobary, Putu Wijaya, Nasirun, Lesik Keti Ara, Olga Lidya, dan Olivia Zalianty.

    Sementara Presiden didampingi oleh Mendikbud Muhadjir Effendi, Mensesneg Pratikno, Kepala Bekraf Triawan Munaf, Koordinator Staf Khusus Presiden Teten Masduki dan Staf Khusus Presiden Sunardi Rinakit.

    Sumber

    Berita Terkait

    Presiden Gelar Griya Bersama Para Menteri di Istana Negara

    Acara gelar griya menjadi ajang untuk merenungkan nilai-nilai sosial, kebersamaan, dan harapan bagi bangsa Indonesia. Selengkapnya

    Presiden Tinjau Arus Mudik Lebaran di Stasiun Pasar Senen

    Dalam kunjungannya, Presiden melihat secara langsung kesiapan infrastruktur serta manajemen pelaksanaan mudik yang terpantau baik. Selengkapnya

    Wapres Sampaikan Tausiah Tentang Hikmah Puasa

    Wapres menyebutkan bahwa hikmah ibadah puasa berikutnya adalah untuk melatih diri menahan hawa nafsu. Sebab, nafsu merupakan salah satu musu Selengkapnya

    Presiden Berbuka Puasa Bersama dengan Menteri Kabinet Indonesia Maju

    Ini merupakan buka puasa bersama yang digelar kembali di Istana setelah terakhir digelar pada tahun 2019 lalu. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA