FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    13 08-2017

    1925

    Rudiantara Menyampaikan Sambutan Kunci pada Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia

    SIARAN PERS NO. 115/HM/KOMINFO/08/2017
    Kategori Siaran Pers
    Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat menerima souvenir dari Mgr. Vincentius Sensi Potokota sesaat setelah dirinya tampil bicara di hadapan ratusan umat Katolik yang hadir dalam Konferensi Umat Katolik Indonesia, Sabtu (12/08/2017)/ - (katoliknews.com (Ferdinandus Setu))

     

    Siaran Pers No. 115/HM/KOMINFO/08/2017
    Tanggal 13 Agustus 2017
    tentang
    Rudiantara Menyampaikan Sambutan Kunci pada Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia 

    JAKARTA – Menteri Kominfo Rudiantara menjadi salah satu pembicara kunci pada Konferensi Nasional Umat Katolik Indonesia yang digelar Kantor Waligereja Indonesia (KWI) di Universitas Atmajaya  di Jakarta pada Sabtu (12/8), yang mengambil tema “Revitalisasi Pancasila”.

    Pada Konferensi tersebut, hadir juga Menteri ESDM Ignatius Jonan dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu serta sejumlah tokoh Umat Katolik seperti J Kristiadi, Ignas Kleden, Adrianus Meliala, juga Ketua Komisi Kerasulan Awam KWI Mgr Vincensius Sensi selaku Uskup Keuskupan Agung Ende.

    Rudiantara menyampaikan bahwa kesempatan menjadi pembicara kunci pada Konferensi merupakan suatu kehormatan dan menjadi kesempatan bagi Rudiantara untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan pemikiran dan harapannya dalam mendorong nilai-nilai Pancasila dalam harapan dan kepercayaan pada masa kini.

    Rudiantara menerangkan “Di kota Ende, Flores, terdapat sebatang pohon sukun yang sangat ternama. Pohon sukun ini meneruskan jejak pohon sukun sebelumnya yang merupakan tempat favorit Bung Karno untuk berkontemplasi. Lima cabang yang menjuntai, yang menciptakan keteduhan alam sekitarnya, merupakan salah satu inspirasi terhadap lima prinsip berbangsa yang dikembangkan Bung Karno dan yang kemudian kita kenal sebagai Pancasila. Oleh sebab itu, pohon tersebut dijuluki sebagai Pohon Pancasila”.

    Sebagaimana diketahui bahwa pengasingan di Ende merupakan sebuah episode yang penting bagi Bung Karno dan bangsa ini, karena dari sanalah gagasan Pancasila dipupuk selama masa pengasingan yang berlangsung empat tahun, yaitu 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Tentu bukan hanya pohon yang menjadi sumber inspirasi tunggal. Pergaulan Bung Karno dengan pemikiran dan filsafat digodok di kota ini pula.

    Rudiantara menambahkan “Di Ende, satu-satunya jendela yang tetap mengasah khasanah berpikir Bung Karno saat itu adalah pergaulannya yang akrab dengan para pastor missi dari kongregasi SVD, terutama dengan Pater Johanes Bouma, Pater Huijtink, Pater Van Heijden, dan Bruder Lambertus. Pada saat masyarakat, terutama para pegawai pemerintah kolonial, mendapat instruksi untuk mengasingkan Bung Karno, para pater ini justru menerima Bung Karno dan bahkan saling bertukar pikiran secara rutin. Sambil minum kopi, Bung Karno bertukar pikiran dengan Pater Bouma tentang peristiwa-peristiwa aktual hari itu. Setelah itu biasanya Bung Karno akan naik bukit untuk menjumpai Bruder Lambertus di bengkel kerja perkayuannya dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tukang kayu”.

    Selain membawa embrio Pancasila, di Ende tersebut Bung Karno melakukan eksplorasi berbagai pemahaman agama dan keyakinan. “Bung Karno setiap hari bertukar pikiran dengan biarawan Katolik dengan tanpa berhenti memperdalam keimanan dalam Islamnya. Juga Bung Karno berkorespondensi intensif dengan A. Hasan dari Bandung, seorang ulama reformis yang berasal dari India. Surat-menyurat berisi tanya jawab itu kemudian dirangkai dalam buku berjudul - Surat-surat Islam dari Endeh -. Judulnya sangat menggelitik karena sengaja memunculkan sedikit ironi antara Islam dengan identitas sosial masyarakat Ende yang identik dengan keyakinan Katolik.” Terang Rudiantara.

    Kemudian Rudiantara menggambarkan pesan-pesan Paus Fransiscus yang relevan dengan situasi kebangsaan saat ini. Rudiantara menerangkan “Pada peringatan Hari Komunikasi Sosial tahun 2017 yang lalu, pesan surat gembala dari Bapa Paus Fransiskus sangat relevan bagi situasi kebangsaan kita, yaitu: bagaimana kita mengkomunikasikan harapan dan kepercayaan pada masa kini. Bapa Paus melukiskan bahwa pikiran manusia layaknya batu kilangan yang tiada hentinya menggiling. Maka terserah kepada pemilik batu kilangan apakah dia ingin menggiling biji gandum berkualitas atau biji-bijian lain yang tak berguna. Pikiran kita juga senantiasa ‘menggiling’, tetapi terserah pada kita sendiri memilih bahan apa yang akan giling. Bapa Paus juga mengimbau agar kita menemukan pola komunikasi terbuka dan kreatif yang tidak berusaha mengagungkan kejahatan, melainkan fokus pada solusi dan menginspirasi pendekatan positif dan bertanggungjawab bagi pihak penerima informasi. Beliau mengimbau semua orang agar memberi kepada manusia dewasa ini inti cerita yang pada hakekatnya adalah kabar baik”.

    Rudiantara menggambarkan pesan-pesan Paus Fransiscus yang sangat erat dengan nilai-nilai Pancasila. “Pancasila, menurut hemat kami adalah salah satu kabar baik bagi bangsa kita seperti yang dimaksud oleh Bapa Paus. Adalah kehendak Tuhan sendiri bahwa kelahirannya memiliki singgungan historis dengan keberadaan missi dan pewartaan kabar baik di Tanah Ende. Bung Karno menyebut diri sebagai samudera dalam hal pemahamannya akan agama-agama, namun Beliau juga adalah gilingan yang dimaksud Bapa Paus ketika menggiling nilai-nilai dan memeras sarinya menjadi lima dasar bernegara” papar Rudiantara.

    Berangkat dari hal-hal di atas maka Rudiantara memberikan pentingnya revitalisasi Pancasila sebagaimana yang telah menjadi komitment berbagai umat agama dan keyakinan di Indonesia. “Kini ketika gaung Pancasila ditantang oleh segala macam gaung yang diserukan di dunia digital, bahkan sengaja ada usaha untuk meredamnya, saya berharap umat katolik berada dalam garda terdepan untuk merevitalisasinya. Baik melalui organisasi dan lembaga di gereja, atau melalui gerakan-gerakan kelompok, atau juga melalui umat secara perseorangan, kiranya selalu muncul semangat untuk menjadi teladan dalam berperan sebagai penggiling informasi yang Pancasilais di dunia digital khususnya. Kami mengapresiasi tema revitalisasi” tegas Rudiantara.

    Selanjutnya sebagai penutup dari sambutan kuncinya, Rudiantara menekankan harapannya dari konferensi yang dikaitkan dengan semakin populernya dunia digital. “Pancasila sebagai tema konferensi kali ini sangat relevan dalam upaya terus menegakkan spirit kebangsaan dalam konteks ancaman dari radikalisme maupun potensi pengabaian oleh generasi penerus kita. Kami berharap dari konferensi ini muncul pedoman konkrit dan praktis untuk umat yang bermanfaat dalam perjuangan memasyarakatkan kembali nilai-nilai Pancasila melalui ranah dunia digital sebagai medan paling dipertaruhkan saat ini. Kami percaya para pastor, biarawan, dan umat peserta konferensi ini sudah sangat kompeten dalam hal memilih jalan sunyi untuk berkontemplasi dalam rangka merumuskan jalan terbaik dan terberkati. Oleh karena itu perkenankan pula kami titipkan salah satu amanat dari rakyat untuk terus melakukan sosialisasi, edukasi, dan literasi nilai-nilai Pancasila untuk dikaji dalam kesempatan ini dan hasilnya kita jalankan bersama-sama untuk kejayaan bangsa” tutur Rudiantara mengakhiri orasi sambutan utamanya. (Fsetu & NI)

    BIRO HUMAS
    KEMENTERIAN KOMINFO 

    Menteri Kominfo foto bersama menjelang Konferensi


    Berita Terkait

    Siaran Pers No. 261/HM/KOMINFO/04/2024 tentang Menteri Budi Arie Ajak Internalisasikan Filosofi Sunan Kalijaga

    Menurut Menteri Budi Arie, sebagai sebuah tradisi yang adiluhung, Sunan Kalijaga mengenalkan ketupat sebagai “ngaku lepat”, yang berarti Selengkapnya

    Siaran Pers No. 260/HM/KOMINFO/04/2024 tentang Menkominfo: Halalbilahal Tanda Kesigapan Sivitas Kominfo

    Menkominfo mengapresiasi kesigapan seluruh sivitas Kementerian Kominfo. Selengkapnya

    Siaran Pers No. 259/HM/KOMINFO/04/2024 tentang Lindungi Anak, Menteri Budi Arie Imbau Orang Tua Pantau Rating Gim

    Menteri Budi Arie menyatakan Kementerian Kominfo telah mengatur klasifikasi gim melalui Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2 Tahun 2024. Selengkapnya

    Siaran Pers No. 258/HM/KOMINFO/04/2024 tentang Idulfitri 1445 H, Menkominfo: Momentum Hadirkan Indonesia Penuh Harapan

    Menkominfo menyatakan Idulfitri 1445H menjadi momentum bagi umat muslim di Indonesia menyambut kemenangan penuh harapan. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA