FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    22 07-2017

    3819

    Jangan Sampai Anak-Anak Indonesia Dididik Medsos!

    Kategori Berita Pemerintahan | mth
    Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Forum Lenteng menggelar Pekan Seni Media 2017 pada 9-14 Juli, yang diikuti 28 seniman nasional dari jenis karya seni video, multimedia, seni fotografi, komik, film eksperimental, seni kinetik, seni bebunyian, dan seni pertunjukan di Anjung Seni Idrus Tintin, Kota Pekanbaru, Riau. - (antarafoto)

    Jogjakarta, Kominfo - Presiden Joko Widodo mengingatkan, jangan sampai anak-anak kita dididik oleh medsos (media sosial). Jangan sampai anak-anak kita nanti dididik oleh perubahan-perubahan yang merusak karakter kita. “Hati-hati. Semuanya harus mempersiapkan ini. Perubahan itu sudah tidak bisa kita tolak-tolak lagi tapi bagaimana kita mengisi agar perubahan itu bisa kita kendalikan, bisa kita kontrol, dan bisa kita menangkan dengan mengisi anak-anak kita dengan hal-hal terutama yang berkaitan dengan karakter,” tuturnya dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional (Rakorpimnas) Tahun 2017 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), di Hotel Sahid Jaya, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (22/07/2017) siang.
    Oleh karena itu, Presiden meminta agar Guru hendaknya bekerja bukan semata-mata menjalankan profesi. Lebih jauh Ibu dan Bapak Guru mengemban tugas profetik, tugas nubuwwah, tugas kenabian dalam menjalankan misi menggali, menjalankan misi menyadarkan, menjalankan misi mengajak peserta didik, anak/anak didik kita pada kebenaran, pada kebaikan-kebaikan.
    “Hati-hati, jangan sampai mereka diisi oleh yang tadi saya sampaikan, yang namanya media sosial, yang namanya smartphone yang isinya bisa macam-macam, bisa video, bisa videoblog, bisa Instagram, bisa Twitter, bisa Facebook, dan Telegram, dan yang lain-lainnya. Berada di satu kotak kecil itu saja. Hati-hati,” pesan Presiden menekankan,
    Presiden mengingatkan, alat-alat tersebut bisa mendidik anak-anak kita kalau kita tidak memperkuat mereka dengan isian-isian yang baik. Pada guru, lanjut Presiden, bangsa ini menitipkan amanah,  menitipkan amanah untuk memupuk, memelihara serta mengembangkan jatidiri, membentuk karakter anak didik kita. Sehingga nantinya, kata Presiden, akan muncul jiwa-jiwa yang mulia, jiwa-jiwa yang penuh integritas, penuh kejujuran, penuh moralitas, penuh akal budi yang baik, penuh budi pekerti yang baik. “Ini adalah sebuah isian-isian yang perlu kita berikan kepada anak-anak kita dalam membendung arus perubahan global yang tidak bisa kita tolak lagi,” tutur  Presiden.

    Lansekap yang Berubah
    Kepala Negara mengingatkan, bahwa 5, 10, 15 tahun lagi akan muncul nanti yang namanya Generasi Y. Artinya, anak-anak sekarang yang berumur 10 tahun, berumur 15 tahun, berumur 20 tahun itu akan masuk ke zaman itu. “Generasi Y ini akan sangat mempengaruhi pasar, landscape politik ekonomi global, nasional, maupun daerah,” kata Presiden.
    Menurut Kepala Negara, munculnya generasi Y itu berjenjang datangnya tapi sudah tidak bisa kita tolak lagi. Mereka akan mempengaruhi landscape ekonomi global, nasional, maupun nanti di daerah.
    Mereka, lanjut Presiden, sudah tidak membaca koran lagi nanti, 5 tahun-10 tahun yang akan datang, tidak akan lihat TV lagi. Mereka akan klik, pengen baca apa entah di dot apa, online.com. Mereka akan lihat, TV enggak mau, lihat Netflix, mereka pilih video-video yang mereka sukai. Dimanapun berada hanya dengan smartphone, dengan gawai yang dia punya.
    Menurut Kepala Negara, perubahan seperti ini yang harus kita sadari. Karena ini masa transisi yang akan mengubah, dan kita tidak bisa memperkirakan akan terjadi apa. “Oleh sebab itu harus, sekali lagi harus kita antisipasi. Siapa yang bisa menyiapkan ini? Siapa yang bisa mengantisipasi ini? Bapak/Ibu Guru sekalian, Ibu dan Bapak sekalian yang hadir di sini,” tutur Kepala Negara seraya menambahkan, karena sekarang ini, mereka menjadi bimbingan Ibu dan Bapak guru.
    Kepala Negara mewanti-wanti, angan sampai arus perubahan itu mengubah sosial budaya, karakter anak-anak kita. Ia mengingatkan, Bapak/Ibu guru, sangat berperan dalam menyiapkan ini. Oleh sebab itu, dalam Rakorpimnas PGRI ini Presiden Jokowi mengaku sengaja hadir untuk mengingatkan itu. “PGRI sangat berperan sekali dalam menyiapkan, mengantisipasi itu. Karena pendidikan adalah jalan panjang dari sebuah bangsa untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada dalam membangun martabat bangsa ini,” ujar Presiden Jokowi seraya menambahkan, melalui pendidikan kita menguatkan identitas dan karakter kebangsaan kita Indonesia. “Sekali lagi, ini adalah peran-peran guru,” tegas Presiden.
    Hadir dalam acara itu antara lain Hadir Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Unifah Rosyidi, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Kepulauan Riau, Bupati Sleman,  pengurus besar PGRI, pengurus daerah PGRI di seluruh Indonesia, serta perwakilan persatuan guru dari Brunei, Malaysia, Singapura, dan Turki.

    Sumber

    Berita Terkait

    Wapres Minta Perlindungan Terhadap Pekerja Migran Indonesia Ditingkatkan

    Pertemuan ini juga membahas potensi peningkatan kerja sama investasi kedua negara, khususnya dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara. Selengkapnya

    Wapres Dukung Perluasan Bidang Kerja Sama Indonesia dan Tiongkok

    Wapres mengajak Pemerintah RRT untuk dapat semakin mempererat hubungan kedua negara melalui peningkatan kolaborasi dan kerja sama di berbaga Selengkapnya

    Capaian Kinerja 2023: Perjalanan Indonesia Keluar dari Krisis Global

    Lepas dari krisis, Indonesia kini menatap visi Indonesia Maju 2045. Untuk mewujudkan hal ini, Moeldoko memaparkan pemerintah telah menyiapka Selengkapnya

    Presiden: Daya Saing Indonesia Makin Baik

    Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo mengingatkan soal ketatnya kompetisi antarnegara dalam bidang ekonomi pada saat ini. Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA