FAQ  /  Tautan  /  Peta Situs
    20 11-2022

    2118

    Ekonomi Digital Indonesia Tetap ‘Ngacir’

    Kategori Artikel | doni003

    Ekonomi digital dipercaya masih menjadi penggerak ekonomi di Indonesia, terutama layanan e-commerce meskipun beberapa pelakunya sempat terhuyung dengan melakukan PHK beberapa waktu lalu.

    Setidaknya demikian menurut riset teranyar yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company. Dalam studi berjudul  eConomy SEA 2022 tersebut, nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan mencapai USD77 miliar atau setara dengan Rp1.197,8 triliun (kurs Rp15.557 per USD) pada 2022. Angka itu merefleksikan pertumbuhan 22 persen secara tahunan. Dari total nilai sebesar itu, sumbangan e-commerce Indonesia memberikan kontribusi senilai USD59 miliar dan membesar menjadi USD95 miliar pada 2025.

    Kabar dari riset Google, Temasek, dan Bain & Company tentu menjadi penyejuk di tengah-tengah isu adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap perusahaan startup hingga perusahaan teknologi. Dikhawatirkan, sunset sudah mulai menghantui perusahaan startup di Indonesia.

    Bagaimana nilai ekonomi digital bila diukur dengan pendekatan gross merchandise value (GMV) atau nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu? Data Google dkk menyebutkan, nilai ekonomi digital terbesar berasal dari sektor e-commerce dengan estimasi USD59 miliar.  Selain e-commerce, penopang ekonomi digital Indonesia tidak lain adalah jasa transportasi dan pesan-antar makanan, yang diperkirakan menyumbang USD8 miliar tahun ini.

    Pada 2025, nilai segmen ini pun diramal mengembang jadi USD15 miliar. Pertumbuhan juga diprediksi akan terjadi pada layanan perjalanan online, dari USD3 miliar tahun ini menjadi USD10 miliar pada 2025.

    Ada pula media online, yang tahun ini diperkirakan berkontribusi USD6,4 miliar serta akan tumbuh mencapai USD11 miliar pada 2025. Google, Temasek, dan Bain & Company mengatakan, ekonomi digital di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara hingga 2030.

    Namun, ada beberapa kondisi ekonomi makro yang akan tetap potensial menjadi tantangan berat bagi Indonesia, termasuk di antaranya adalah ancaman perlambatan ekonomi. Ini sesuai dengan prediksi sejumlah lembaga keuangan internasional dalam menatap tahun depan. Bila dilihat secara kawasan, nilai ekonomi digital di Asia Tenggara diprediksi bisa mencapai USD174 miliar, sekitar USD70 miliar disumbang oleh Indonesia.

    Namun bila dilihat dari pendekatan pertumbuhan di Kawasan Asean, nilai ekonomi digital Indonesia masih kalah dengan Filipina, sebesar 93 persen secara year on year (yoy). Disusul oleh Thailand 51 persen dan Indonesia 49 persen.

    “Ekonomi digital Indonesia USD70 miliar mengindikasikan prospek yang optimistis untuk negara berpopulasi besar ini,” demikian dikutip dari laporan tersebut, yang dirilis Rabu (11/10/2022).

    Masih prospeknya ekonomi digital sebagai salah satu instrumen pertumbuhan negara ini diakui oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate. Namun, dia mengingatkan, pentingnya sektor ekonomi digital yang harus terus waspada dan mengambil peran di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum usai.

    “Meskipun dunia pernah dikejutkan dengan pandemi global, sektor ekonomi digital terus hadir mendorong roda perekonomian di seluruh dunia,” ujarnya beberapa waktu lalu.

    Namun, dia mengingatkan, ketidakpastian perekonomian global berpotensi memperlambat laju ekonomi tersebut. “Dari informasi yang saya peroleh, sejak 2020 sampai sekarang terdapat setidaknya ada 12 tech startup mengalami tekanan dan bahkan ada yang melakukan lay off PHK sebagai respons akan proyeksi ketidakpastian perekonomian global saat ini yang terjadi dan potensi tekanan ekonomi di tahun depan,” tutur Menkominfo.

    Dalam rangka itu, Indonesia perlu terus mendorong dan selalu memerhatikan lahirnya startup yang nantinya tidak hanya tumbuh dan membentuk pangsa pasar, tetapi dapat meningkatkan juga valuasinya.

    “Mereka (pelaku ekonomi digital,red) juga perlu memperhatikan, mereka tidak hanya mampu tumbuh dan membentuk pangsa pasar, bahkan untuk meningkatkan valuasi startup-nya, melainkan harus juga mampu tumbuh dengan model bisnis yang resilience yang punya daya tahan yang kuat,” ungkap Johnny G Plate.

    Tidak dipungkiri, ekonomi digital adalah masa depan Indonesia seperti diproyeksikan oleh riset Google, Temasek, dan Bain & Company tersebut.

    Tidak itu saja, ekonomi digital juga masa depan bagi anak muda negara ini. Oleh karena itu, talenta digital generasi muda terus didorong untuk mengembangkan knowledge base economy, sehingga akan lahir banyak inovasi untuk menumbuhkan ekonomi digital dan bersaing dengan negara lain.

    Sumber : Indonesia.go.id

    Berita Terkait

    Daya Saing Digital Indonesia

    Indonesia meraih posisi ke-45 dunia pada peringkat daya saing digital. Sebuah bukti keberhasilan dan pengakuan dunia atas percepatan transfo Selengkapnya

    Ajang G20 Dorong Percepatan Transformasi Digital di Indonesia

    Presidensi G20 Indonesia berpotensi memperkuat kerja sama antara pemangku kepentingan dari berbagai negara. Selengkapnya

    Platform Digital Indonesia Unjuk Kekuatan di DEWG G20

    Kolaborasi ditujukan untuk menyukseskan pembahasan ekonomi digital menuju ekosistem digital yang inklusif, memberdayakan, dan berkelanjutan. Selengkapnya

    Isu Substantif Ekonomi Digital Jadi Konsensus G20

    Substansi isu yang disepakati di Pertemuan Keempat Kelompok Kerja Ekonomi Digital maupun Pertemuan Menteri Ekonomi Digital akan melengkapi k Selengkapnya

    SOROTAN MEDIA